Kamis 30 Jun 2016 01:02 WIB

Ekspor Perhiasan Jatim Tunjukkan Gejala Ekonomi Menggeliat

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
Perhiasan emas (ilustrasi)
Perhiasan emas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Perekonomian Jawa Timur pada semester pertama 2016 ini ditopang oleh perhiasan dan permata. Komoditas ini menempati urutan pertama dengan nilai ekspor tertinggi di Jatim selama beberapa bulan terakhir.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim, Benny Siswanto, mengatakan angka ekspor di Jatim cukup unik dan di luar dugaan. “Angka minus dalam ekspor Jatim berkurang, sehingga ada tanda-tanda perbaikan ekonomi,” ujarnya dalam konferensi pers Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Jawa Timur, di kantor BI Jatim, Rabu (29/6).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, nilai ekspor Jatim pada Januari-Mei 2016 naik 6,5 persen dibandingkan periode Januari-Mei 2015. Nilainya mencapai Rp 8,4 miliar dolar AS selama Januari-Mei 2016.

Untuk Mei 2016, nilai ekspor Jatim tercatat sebesar 1,7 miliar dolar AS. Dari nilai tersebut, komoditas emas perhiasan menjadi kontributor utama dengan nilai  526,5 juta dolar AS. Negara tujuan ekspor emas perhiasan terutama Swiss, sekaligus menjadi negara mitra ekspor terbesar Jatim dalam bulan tersebut. Benny memperkirakan, naiknya nilai ekspor tersebut merupakan upaya kerja keras dan pemerintah daerah maupun pihak swasta.

“Pemda juga mampu membuka pasar ekspor perhiasan di Jatim, sehingga cukup menguntungkan di saat kondisi ekonomi masih sulit,” ujar Benny.

Meski demikian, Benny menilai Jatim perlu mendorong ekspor komoditas lain, seperti kayu, furnitur, dan produk hasil laut. Sebab, produksi perhiasan tidak termasuk dalam fundamental perekonomian Jatim. Sehingga komoditas tersebut tidak bisa menjadi tumpuan di masa mendatang.

Benny menambahkan, pada kuartal pertama 2016 perekonomian Jatim tumbuh sebesar 5,3 persen (yoy), atau di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,9 persen (yoy). Meski demikian, ia menilai perekonomian Jatim selalu mengikuti arah pertumbuhan ekonomi nasional. Jika ekonomi nasional melambat, maka ekonomi Jatim juga melambat. Sebaliknya jika ekonomi nasional naik pesat, Jatim juga akan tumbuh pesat.

“Untungnya, serapan anggaran oleh Pemprov Jatim terbilang bagus di awal tahun ini, yakni mencapai 12 persen. Hal ini cukup mendorong perekonomian Jatim di luar masalah ekspor dan impor,” ungkapnya.

Di sisi lain, sampai dengan Mei 2016, inflasi IHK Jawa Timur tercatat sebesar  2,77 persen (yoy), lebih rendah dari inflasi nasional yang sebesar 3,33 persen (yoy) dan lebih rendah dibandingkan historisnya lima tahun terakhir (6,14 persen yoy).

Penyaluran kredit tumbuh 7,35 persen (yoy), melambat dari kuartal sebelumnya yang sebesar 8,93 persen (yoy). Demikian pula pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga turut melambat, masing-masing hanya tumbuh 8,6 persen dan 8,5 persen (yoy).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement