Selasa 28 Jun 2016 23:22 WIB

Inggris Diminta Segera Keluar Uni Eropa untuk Tekan Dampak Brexit

Red: Nur Aini
Brexit
Foto: Ap Photo
Brexit

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Sejumlah pemimpin Eropa meminta Inggris bertindak cepat demi membatasi kekacauan politik dan ekonomi dunia akibat hasil penentuan pendapat rakyat soal Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit. Meski sejumlah pasar keuangan sudah menunjukkan tanda perbaikan, perdagangan masih bergejolak.

Di Inggris, sudah tiga lembaga pemeringkat kredit menurunkan nilai utang negara tersebut. Di sisi lain, sejumlah perusahaan menyatakan menghentikan sementara pembukaan lapangan kerja dan bahkan berpeluang melakukan pemecatan besar-besaran. Kini, pemimpin Eropa khawatir akan dampak buruk kekacauan ekonomi di Inggris di negara mereka, terutama oleh ketidakpastian mengenai kapan Inggris keluar dari Uni Eropa.

Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker berjanji meminta Perdana Menteri Inggris David Cameron menjelaskan secepat mungkin sikap negaranya. "Kami tidak bisa menanggung ketidak-pastian ini terus-menerus," kata Juncker saat berpidato di depan Parlemen Eropa.

Cameron sendiri sudah menyatakan akan mundur dan menyerahkan semua proses perundingan syarat-syarat keluarnya Inggris dari Uni Eropa kepada penerusnya. Partai Konservatif, tempat Cameron berasal, akan memilih pemimpin baru pada September.

Cameron tiba di Brussel pada Selasa dan langsung bertemu dengan Juncker tanpa memberi keterangan kepada media. Dia juga akan bertemu dengan pemimpin negara-negara Eropa lain sebelum menyampaikan pidato resmi dalam acara makan malam.

Anggota Parlemen Eropa ingin agar Cameron menyampaikan secara resmi mundurnya Inggris dari Uni Eropa dalam acara makan malam tersebut. Namun pejabat lain menyatakan hal tersebut tidak mungkin mengingat kekacauan politik di London di mana Partai Konservatif dan Partai Buruh sama-sama terpecah.

Partai Konservatif kini terbelah menjadi kelompok pro dan anti-Uni Eropa. Sementara pemimpin Partai Buruh harus menghadapi mosi tidak percaya dari anggotanya sendiri karena dituding tidak sepenuhnya mendukung kampanye dukungan untuk Uni Eropa.

Kanselir Jerman Angela Merkel sudah menegaskan bahwa Inggris tidak bisa memilih aturan Uni Eropa semau sendiri, seperti menikmati akses pasar tunggal tanpa menerima prinsip kebebasan lintas batas negara. "Saya hanya bisa menasihati Inggris untuk tidak membodohi diri sendiri," kata Merkel.

Dampak dari kekacauan politik dan ekonomi di Inggris nampaknya akan menyebar ke luar batas negara tersebut. Presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi, mengatakan bahwa negara-negara di seluruh dunia harus menyiapkan kebijakan moneter untuk memitigasi dampak negatif di Inggris. Sementara itu, Wakil Direktur Pelaksana IMF, Zhu Min, mengatakan bahwa Brexit menciptakan ketidak-pastian politik besar yang akan menekan pertumbuhan ekonomi global.

Di Asia, terutama Cina, sejumlah indeks pasar saham naik mencapai tingkat tertinggi dalam tiga pekan belakangan. Cina terlindungi dari dampak Brexit akibat kebijakan pembatasan keluar masuk modal.

"Sangat sulit menghindari gejolak jangka pendek dalam pasar keuangan Cina, tapi kami tidak akan membiarkan gejolak itu menjadi tidak terkendali," kata Perdana Menteri Cina, Lo Keqiang dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) di kota Tianjin.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement