REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore (1/6) bergerak menguat 49 poin menjadi Rp 13.326 dibandingkan posisi sebelumnya pada posisi Rp 13.375 per dolar AS.
"Sentimen domestik mengenai kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) serta data neraca perdagangan Indonesia yang kembali surplus masih mejadi faktor yang menopang rupiah," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Jumat.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia kemarin (16/6) memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin dari 6,75 persen menjadi 6,5 persen. Menurut dia, penurunan BI Rate menandakan laju inflasi ke depan akan terjaga stabilitas makroekonomi terus berlanjut, yang tercermin dari inflasi yang rendah. Kondisi itu pada akhirnya menjaga laju nilai tukar rupiah untuk bergerak di area positif.
Di sisi lain, kata dia, penurunan BI Rate dapat meningkatkan pertumbuhan kredit, baik dari sisi penawaran maupun permintaan yang pada akhirnya juga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy menambahkan bahwa secara keseluruhan, risiko internal masih terukur karena tekanan harga lebih rendah daripada prediksi sebelumnya, dan menunjukkan bahwa inflasi dapat lebih rendah daripada 4,5 persen pada 2016 ini. "Yang lebih sulit diprediksi saat ini adalah risiko eksternal, terutama dampak dari isu Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) dan waktu kenaikan suku bunga acuan AS, situasi itu dapat mempengaruhi mata uang rupiah," katanya.
Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Jumat mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp 13.358 dibandingkan hari sebelumnya Kamis (16/6) Rp 13.327.