REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kadivhumas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan belum ditemukan spekulan ataupun kartel yang sengaja menaikkan harga daging sapi dalam partai besar hingga saat ini.
"Kalau dari aspek temuan tindak pidana sampai hari ini, belum (ditemukan)," kata Irjen Boy Rafli, di Mabes Polri, Jakarta, Rabu.
Menurutnya, tingginya harga daging saat ini disebabkan inisiatif para pedagang yang menaikkan harga karena melihat momen bulan Ramadhan.
Boy mengatakan patokan harga daging (sapi dan ayam) yang ditetapkan pemerintah sebenarnya sudah ada. Selain itu Satgas Pengendalian Harga Bahan Pokok dan Makanan Bareskrim Polri juga telah mensosialisasikan hal tersebut kepada para pedagang di pasar-pasar.
Mantan Kapolda Banten itu menambahkan bahwa Satgas telah memantau proses distribusi daging sapi dari "feedlotter" ke rumah pemotongan hewan (RPH) hingga penyaluran ke pasar-pasar. Upaya ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan pasokan dan menstabilkan harga daging.
"Bila semua proses dari hulu (feedlotter) ke hilir (pasar) telah berjalan baik, namun di hilir ternyata ada inisiatif pedagang untuk menaikkan harga, ini tentunya di luar jangkauan. Kami harap itu tidak terjadi," katanya.
Sementara Satgas Pengendalian Harga Bahan Pokok dan Makanan Bareskrim Polri bekerja sama dengan pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten/kota hingga tingkat kelurahan untuk memantau indikasi adanya kelangkaan sembako maupun lonjakan harga pangan di masing-masing daerah.
"Kami minta Babinkamtibmas berkoordinasi dan turun ke lapangan bersama lurah maupun kepala desa untuk memantau situasi pasar. Apabila ditemukan adanya penimbunan maupun spekulan agar dilaporkan ke satgas monitoring terdekat," ujar Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung Setya.
Agung juga meminta seluruh Kasatwil Polri untuk mengoptimalkan Babinkamtibmas agar bekerja sama dengan lurah maupun kades untuk turut serta memantau stabilitas harga pangan selama bulan Ramadhan dan Lebaran.