Selasa 14 Jun 2016 21:34 WIB

Produksi Minyak Siap Jual RI Terendah Dalam 50 Tahun

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: M.Iqbal
Pengeboran sumur minyak bumi
Foto: Antara
Pengeboran sumur minyak bumi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Produksi minyak nasional kini bergantung pada lapangan minyak serta sumur minyak tua. Dengan kegiatan eksplorasi yang berkurang akibat penurunan harga minyak dunia, cadangan minyak dan gas (migas) semakin berkurang tanpa digantikan oleh temuan minyak yang sepadan jumlahnya.

Dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said memproyeksikan adanya penurunan lifting (produksi siap jual) minyak pada tahun depan. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2016, pemerintah mengajukan angka lifting minyak sebesar 810 ribu barel per hari.

Parlemen sendiri mengajukan angka lifting minyak sebesar 820 ribu barel per hari. Dengan pertimbangan perkiraan harga minyak dunia di tahun depan, pemerintah memproyeksikan lifting minyak untuk RAPBN 2017 mendatang anjlok di kisaran angka 740 ribu barel per hari sampai 760 ribu barel per hari.

Apabila proyeksi pemerintah ini benar adanya, maka penurunan produksi memang nyata. Pada 2015 lalu, realisasi lifting minyak dari target APBN tercatat sebesar 779 ribu barel per hari.

Lantas pada tahun ini, lifting minyak dipatok di angka 830 ribu barel per hari. Hingga Mei 2016, realisasi lifting mencapai 807,8 ribu barel per hari.

Besaran lifting pada tahun ini tertolong oleh produksi dari Blok Cepu yang bakal digenjot sampai 200 ribu barel minyak per hari. "Cepu masuki periode puncak sehingga lapangan lain yang sudah cukup tua dan alami decline rate tahunan sampai 20 persen. Tantangan lainnya mengembalikan laju program pengembangan setelah mengalami penundaan di 2015 sampai 2016 sehingga perlu ada adjustment," ujar Sudirman saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Selasa (14/6).

Ia menyebutkan, sudah ada ancang-ancang dari pemerintah untuk menyiapkan sejumlah jurus untuk menahan laju penurunan produksi. Sudirman menyebut beberapa langkah antisipasi yang disiapkan termasuk mempertahankan jumlah pemboran sisipan, perawatan sumur, dan optimalisasi fasilitas produksi.

Selain itu pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan ikut melakukan pengawasan atas proyek pengembangan lapangan onstream tepat waktu. Pemanfaatan gas bumi, lanjut Sudirman, juga akan dimaksimalkan untuk stakeholder domestik.

"Kami juga melihat potensi lain seperti reservoir berkualitas rendah, penerapan teknologi tepat guna, dan melakukan kegiatan injeksi air dan pengurangan tahap lanjut (EOR/Enhanced Oil Recovery)," kata Sudirman.

Anggota Komisi VII DPR Kurtubi menilai penurunan lifting minyak tahun depan yang cukup drastis merupakan lampu kuning bagi pemerintah untuk segera menyiapkan insentif bagi pelaku industri hulu migas agar bisa menggiatkan eksplorasi. "Dalam 50 tahun ke belakang, ini terendah. Rendah sekali. Produksi hanya mengandalkan lapangan tua. Lapangan baru tidak ditemukan. Perizinan investasi yang berbelit. Itu harus disadari," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement