Jumat 10 Jun 2016 11:12 WIB

SPPI: Operasi Pasar Hanya Pemanis di Media Massa

Rep: Sonia Fitri/ Red: Teguh Firmansyah
Operasi Pasar Murah
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Operasi Pasar Murah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Operasi Pasar (OP) oleh Perum Bulog atau Intansi  lainnya selama ini belum berdampak pada penurunan harga sebagaimana diinginkan pemerintah. Presiden Serikat Pedagang Pasar Indonesia (SPPI) Burhan Saidi menyebut praktik operasi pasar selama ini hanya lipstik dan pemanis di media massa saja.

"OP tidak akan berjalan maksimal bila tidak melibatkan pedagang, pemasok atau organisasi dan assosiasi pedagang daging itu itu sendiri," kata dia dalam siaran pers, Jumat (10/6).

Para pedagang kesulitan karena jika ingin mendapat kuota pangan murah harus segera menebus jumlah kuota yang diberikan dalam waktu yang relatif singkat.   Hal tersebut membuat pedagang atau asosiasi tidak mampu merealisasikannya.

Pada akhirnya OP yang terjadi kembali menguntungkan pemain atau pemodal besar yang ada di lingkaran Bulog atau Dinas Peternakan itu sendiri. Di sisi lain, Bulog tidak memiliki operator, perlengkapan dan akomodasi yang cukup untuk bisa menyalurkan OP langsung ke tingkat konsumen.

Baca juga, Pemerintah akan Tekan Harga Daging Sapi, Begini Caranya.

Ia kemudian mencontohkan apa yang terjadi di Medan Sumatera Utara. Kuota daging impor untuk Bulog Medan pada 2016 mencapai 500 ton. Adapun yang sudah tersedia sebanyak 300 ton. Operasi pasar yang dilakukan oleh Bulog atau Dinas Peternakan biasanya dengan mengadakan pasar murah di kantor kantor, pasar atau bergerak langsung.

Ketika Dinas Peternakan mengadakan pasar murah di halaman kantor Gubernur sejak tanggal 30 Mei-2 Juni 2016 yang terjual baru 800 kilogram walaupun itu bukan daging impor.

"Anggaplah seandainya itu daging impor bulog, yang sudah terjual sebanyak 800 kg, ada sisa 292 ribu kilogram, sisanya ke mana, di jual ke mana," ujar dia. Di situlah para pemodal kembali bermain dan mengambil pasokan daging yang seharusnya dijual murah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement