Jumat 27 May 2016 09:22 WIB

Daya Saing Ekonomi Merosot dari 34 ke 37, Ini yang Dibutuhkan Indonesia

Rep: Ari Lukihardianti/ Red: Achmad Syalaby
World Economic Forum
World Economic Forum

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Turunnya daya peringkat daya saing ekonomi Indonesia (dari 34 ke 37) dari 140 negara versi Forum Ekonomi Dunia (WEF) dinilai harus dijawab dengan reformasi birokrasi. Peneliti Pertama Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur 1 Lembaga Administrasi Negara (Pratiwi) menjelaskan, inovasi di level birokrasi dibutuhkan di pemerintah daerah. 

"Inovasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dan pelayanan publik menjadi hal yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kepercayaan publik," ujar Pratiwi kepada wartawan, Kamis (26/5).  Dalam Global Competitiveness Report 2015-2016 yang dirilis WEF, daya saing Indonesia kalah dari tiga negara tetangga, yakni Singapura yang berada di peringkat 2, Malaysia di peringkat 18 dan Thailand di urutan 32. 

Di Asean, Indonesia tercatat unggul dari Filipina posisi 47, Vietnam peringkat 56, Laos peringkat 83, Kamboja peringkat 90, dan Myanmar peringkat 131.  Menurut Pratiwi, permasalahan umum yang dihadapi pemerintah daerah adalah inovasi. 

Dalam  beberapa kasus membuktikan bahwa inovasi di beberapa pemerintah daerah berujung pada mandeknya inovasi di peradilan. Tantangan lainnya, yakni ada pada kurangnya budaya inovasi dan pola pikir aparatur, penganggaran dan replikasi inovasi. 

Untuk itu, LAN hadir dengan memfasilitasi pemerintah daerah dalam melakukan inovasi melalui program Laboratorium inovasi di daerah. Yakni, dengan menggelar lokakarya Peningkatan Kapasits Pemerintahan Daerah dengan tema Membangun Kemitraan Strategis dalam Inovasi Administrasi Negara,  Rabu hingga Kamis (25-26/5) di Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur 1 Lembaga Administrasi Negara (PKP2A 1 LAN).

Lokakarya, kata dia, dihadiri oleh asisten pemerintahan dan kepala bagian organisasi pada beberapa daerah yang berasal dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Jabanubati). Metodenya, berupa diskusi panel dengan beberapa narasumber untuk menjawab beberapa tantangan praktek inovasi pemerintahan daerah. 

"Lokakarya ini juga dilaksanakan untuk memperkuat jaringan inovasi pada daerah-daerah yang menjadi anggota Forum Kemitraan untuk Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi (FOKKASI) Jabanubati," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement