REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Harga jual daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Bali terpantau stabil. Daging sapi has luar yang dijual di Pasar Badung, Denpasar sepanjang dua bulan terakhir stabil di level Rp 115 ribu per kilogram (kg), sementara daging sapi has dalam Rp 125 ribu per kg.
Di Pasar Banyuasri, Buleleng, daging sapi has luar bahkan dijual lebih murah, mencapai Rp 80 ribu per kg, sementara daging sapi has dalam Rp 115 ribu per kg. Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng merupakan dua daerah yang menjadi indikator inflasi di Provinsi Bali.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, I Putu Sumantra mengatakan Bali jarang mengalami kekurangan daging sapi sepanjang Ramadhan setiap tahunnya. Pihaknya juga menjamin stok daging sapi aman selama Idul Fitri tahun ini.
"Stok sapi potong untuk wilayah Bali tahun ini disiapkan 36 ribu ekor, sementara jumlah yang baru dikeluarkan hingga Mei ini sekitar 6.700 ekor," kata Sumantra. Itu berarti Bali masih memiliki banyak persediaan sapi potong untuk didistribusikan di pasar lokal. Selain itu, Bali menyatakan siap untuk mendistribusikan 45 ribu ekor sapi ke luar pulau, khususnya Jakarta dan Jawa Timur.
Tim Pengendali Inflasi daerah (TPID) Provinsi Bali saat ini juga menyikapi lonjakan harga gas elpiji tiga kilogram (kg) di tingkat pengecer. Beberapa laporan yang masuk menyebutkan harga elpiji 3 kg di tingkat pengecer di salah satu kabupaten mencapai Rp 30 ribu per kg, jauh dari harga eceran tertinggi (HET) di tingkat pangkalan yang ditetapkan pemerintah, sekitar Rp 14.500 per tabung.
Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Bali, I Ketut Wija mengatakan permasalahan elpiji jangan sampai memicu inflasi dan akhirnya berimbas pada pertumbuhan ekonomi lokal. Harga Rp 14.500 per tabung sudah disubsidi pemerintah sehingga besaran harga sampai ke masyarakat perlu terus dipantau."Subsidi ini menggunakan uang rakyat, jadi jangan sampai harganya melambung tinggi," katanya.