Senin 23 May 2016 08:04 WIB

Depresiasi Rupiah Diprediksi Hanya Menyentuh 7,2 Persen

Petugas Bank Mandiri menunjukkan pecahan uang rupiah dan dollar Amerika Serikat.
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Petugas Bank Mandiri menunjukkan pecahan uang rupiah dan dollar Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil outlook Riset dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) melalui Economic Outlook 2016 memproyeksikan nilai terburuk kurs rupiah di level Rp 14.800-an per dolar AS. 

Meskipun demikian, menurut  Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat (RPM) FEB UI Fithra Faisal Hastiadi, kemungkinan depresiasi rata-rata pertahun diprediksikan hanya menyentuh 7,2 persen sepanjang 2016. "Ini artinya lebih baik dibanding tahun 2015," ujarnya dalam pernyataan tertulis kepada Republika.co.id, Senin (23/5). 

Depresiasi rupiah yang cukup tajam dalam seminggu terakhir dinilai Fithra masih dalam rentang yang wajar, meski pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus tetap waspada. "Beberapa sentimen negatif baik internal dan eksternal cukup berpengaruh," tuturnya. 

Sejumlah sentimen negatif tersebut, jelasnya, adalah data pertumbuhan ekonomi kwartal pertama yang dibawah target, berikutnya adalah defisit neraca perdagangan. sementara itu dari eksternal, kemungkinan naiknya The Fed Rate secara potensial membuat rentang antara suku bunga acuan domestik dan the Fed Rate menipis. "Hal ini memicu short term capital outflow," ujar Fithra.

secara teknis, lanjut dia, BI telah membuat langkah yang bijaksana dengan mempertahankan level suku bunga acuannya. "Meskipun proses smoothing down moneter tetap harus dilakukan demi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," kata Fithra.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement