Rabu 18 May 2016 06:53 WIB

IDB Diminta Bantu Biayai Industri Indonesia

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
 Vice Prsident Coorperation and Capacity Development Islamic Development Bank, Sayed Aqa memberikan paparan dalam rangkaian sidang tahunan IDB ke-41 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (15/5). (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Vice Prsident Coorperation and Capacity Development Islamic Development Bank, Sayed Aqa memberikan paparan dalam rangkaian sidang tahunan IDB ke-41 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (15/5). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ‎Keberadaan Islamic Development Bank (IDB) diharap bisa memberikan bantuan finansial untuk industri di Indonesia. Sebab, sejauh ini masih banyak pelaku industri yang kesulitan mendapatkan sokongan dana untuk memajukan usaha.

Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Finansial dan Pasar Modal Emirsyah Satar mengatakan, IDB sebagai lembaga peminjaman uang‎ harus bisa berperan juga dalam mendukung pertumbuhan industri di negara anggotanya. Dengan pertumbuhan sektor industri, maka pertumbuhan perekonomian di negara tersebut akan ikut terangkat. Hasilnya dana yang didapat kemudian bisa didorong ke sektor pendidikan dan kesehatan yang juga menjadi fokus dari IDB.

"Kita akan adakan tandatangan kesepakatan dengan IDB, agar mereka mau mendukung pendanaan pelaku industri yang ada di Kadin. Ini juga akan semakin mempromosikan mengenai keuangan syariah," ujar Emirsyah, dalam acara Annual Meeting IDB ke-41, di Jakarta, Selasa (17/5).

Emirsyah menjelaskan, untuk pendanaan syariah di Indonesia juga masih terbilang sangat kecil. Dari total perputaran uang di dunia industri, hanya sekitar lima persen yang didanai dari industri keuangan syariah. Nilai ini sangat kecil dengan‎ potensi yang bisa dihasilkan melalui industri syariah.

Menurut dia, minimnya pendanaan melalui lembaga keuangan syariah bukan karena likuiditas yang masih terbatas. Tapi‎ sosialisasi yang minim sehingga banyak masyarakat dan pelaku industri belum banyak mengetahui manfaat pendanaan melalui sistem syariah.

"Tinggal bagaimana pelaku industri syariah melakukan sosialiasi sehingga banyak orang mengetahui perbedaan syariah dan konvensional dan tahu manfaatnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement