Senin 02 May 2016 16:46 WIB

Ketersediaan Bahan Baku Jadi Kunci Pertumbuhan Industri Manufaktur

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Dwi Murdaningsih
Menperin Saleh Husin (kedua kiri) menyaksikan proses pembuatan garbarata di PT Bukaka Teknik Utama, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Senin (2/5).(Republika/Agung Supriyanto)
Menperin Saleh Husin (kedua kiri) menyaksikan proses pembuatan garbarata di PT Bukaka Teknik Utama, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Senin (2/5).(Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal I 2016 naik 4,08 persen terhadap kuartal I 2015. Namun, mengalami penurunan 1,41 persen jika dibandingkan dengan kuartal IV 2015.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pertumbuhan industri manufaktur sangat bergantung dengan ketersediaan bahan baku. Hal ini pula yang kemungkinan menjadi salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan industri manufaktur pada kuartal I 2016 terhadap kuartal IV 2015.

"Masalah ketika bahan baku tidak ada, maka akan menurunkan kinerja industri manufaktur," kata Saleh Husin di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/5).

Saleh menegaskan, pemerintah sangat komitmen untuk memajukan industri manufaktur Indonesia. Sebab, industri manufaktur memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Dia menyebut, industri manufaktur memiliki kontribusi lebih dari 18 persen dalam produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

"Kalau industri manufaktur turun, PDB juga bisa ikut turun," ujarnya.

Saleh mengatakan, komitmen pemerintah meningkatkan industri manufaktur dapat terlihat dengan naiknya pertumbuhan secara tahunan atau terhadap kuartal I 2015.

"Ini karena peran pemerintah yang menggelontorkan proyek-proyek sejak awal tahun," ucap dia.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, Senin (2/5),  ada empat sektor industri yang mengalami pertumbuhan produksi signifikan pada industri manufaktur besar dan sedang.  Produksi industri farmasi serta produk obat kimia dan obat tradisional pada kuartal I 2016 naik 10,5 persen.‎ Industri galian bukan logam naik 8,58 persen dan industri logam dasar naik 7,61 persen.

Sedangkan jenis industri yang mengalami penurunan produksi adalah industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, turun 10,85 persen, industri lisrik turun 9,97 persen, dan industri pakaian jadi turun 9,97 persen.

Khusus industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, Saleh meyakini kinerjanya akan meningkat pada kuartal II. Ini lantaran dalam waktu dekat akan dilakukan peresmian pabrik baru petrokimia gresik. "Sebentar lagi mau diresmikan, jadi bisa dorong kinerja kuartal II," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement