REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi (21/4), bergerak melemah sebesar 24 poin menjadi Rp 13.168 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.144 per dolar AS.
"Pelemahan rupiah relatif masih terbatas menyusul harga minyak mentah dunia yang masih stabil di level psikologis 40 dolar AS per barel," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Kamis.
Harga minyak mentah jenis WTI crude pada hari Kamis (21/4) berada di level 43,89 dolar AS per barel, sementara minyak mentah jenis brent crude di posisi 45,54 dolar AS per barel. Menurut dia, belum adanya tanda-tanda dari bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) untuk menaikkan tingkat suku bunga acuannya memberikan kesempatan bagi rupiah untuk berbalik positif terhadap dolar AS.
Selain itu, kata dia, potensi penguatan rupiah juga didukung dari sentimen dari dalam negeri mengenai rencana pemerintah yang akan mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap XII. Pemerintah akan segera mengumumkan kebijakan itu sebagai kelanjutan dari upaya pemerintah dalam deregulasi ekonomi di Indonesia.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan nilai tukar rupiah berpotensi menguat kembali sejalan dengan pelemahan dolar AS di kawasan Asia seiring dengan harga minyak mentah dunia yang stabil. Kondisi itu dapat membantu pergerakan rupiah untuk kembali bergerak di area positif.
Dia mengatakan bahwa fokus investor pasar uang akan mengarah ke pengumuman suku bunga acuan (BI Rate) pada hari Kamis (21/4) yang diperkirakan dipertahankan di level 6,75 persen.
"Nilai tukar rupiah masih mempunyai ruang untuk menguat di perdagangan Kamis ini," katanya.
Baca juga: IHSG Menguat Didorong Bursa Global dan Rencana Belanja Pemerintah