Ahad 17 Apr 2016 16:50 WIB

Industri Keluhkan Kualitas SDM Lokal

Rep: Debbie Sutrisno‎/ Red: Nur Aini
Bursa tenaga kerja.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Bursa tenaga kerja. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- ‎ Sistem pendidikan di Indonesia yang belum mengacu untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keahlian dan profesionalitas, membuat sektor industri kewalahan. Hal ini pun yang membuat pengusaha industri mengeluh minimnya SDM dengan keahlian tertentu.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil mengatakan, industri telah melayangkan komplain secara tidak langsung kepada pemerintah. Mereka mengeluh karena SDM lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) maupun mahasiswa dari Strata Satu (S1)‎ tidak memiliki kompetensi ketika memasuki dunia industri. Mereka mayoritas hanya memiliki ilmu pengetahuan dasar tanpa praktek lapangan mendalam.

"Ini memang perlu pendekatan baru dalam hal pendidikan. Perubahan ini perlu dilakukan dalam waktu cepat, mulai 2017," ujar Sofyan, Ahad (17/4).

Sofyan menuturkan, sejauh ini pemerintah telah melakukan rapat koordinasi, dalam pertemuan itu dipaparkan bagaimana cara untuk meningkatkan keahlian dari pada pekerja. Maka, ke depan pendekatan gelar sarjana bukan hanya menjadi sesuatu yang paling penting, tapi juga keahlian dan profesionalitas.

Caranya dengan memperkuat balai latihan kerja (BLK), politeknik, dan institusi lain yang bisa menghasilkan SDM lebih cepat dan memiliki keahlian sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.‎ Dengan adanya sistem pelatihan lain, harapannya SDM dengan skill yang dibutuhkan industri bisa lebih cepat tersedia.

Untuk menunjang sistem ini, kata Sofyan, pemerintah juga akan menyuntikkan anggaran guna pelatihan keahlian. Dana ini nantinya termasuk dari 20 persen anggaran yang dipakai dalam sektor pendidikan. "Kita sejauh ini hanya mendidik saja, tapi tidak siap dipakai. Makanya ini (pelatihan) perlu," papar Sofyan.

Dia menambahkan, pemerintah akan mendorong pengembangan SMK dibandingkan dengan Sekolah Menangah Atas (SMA). Bahkan tidak menutup kemungkinan jika ada SMA yang dialihkan menjadi SMK agar sekolah kejuruan lebih banyak dan bervariatif.

Menteri Riset dan Teknologi- Pendidikan Tinggi (Menriset dikti) Mohamad Nasir ‎menuturkan, pihaknya akan mengembangkan program yang membuat lulusan dari perguruan tinggi bisa berakselerasi langsung dengan dunia usaha. Kemenriset-dikti akan menyiapkan kompetensi di sejumlah perguruan tinggi untuk menjadikan mahasiswanya memiliki keahlian dan prosionalitas lebih baik.

"Kemarin sudah ada sedikitnya empat perguruan tinggi yang mau untuk membuat program profesi seperti Insinyur," ujar Nasir akhir pekan kemarin.

Nasir menjelaskan,‎ secara filosofi akan ada dua unsur yang nantinya dijalankan oleh perguruan tinggi, yaitu membentuk akademisi dan lulusan profesional. Akademisi nantinya akan lebih diarahkan lebih kepada menjadi pengembang ilmu. Sementara profesionalitas akan digembleng agar bisa lebih mantap saat terjun di dunia industri.

Menurut dia,‎ Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian juga telah mengkoordinasikan agar ada lembaga sertifikasi dan profesi yang mela‎kukan sertifikasi dan proses pembelajaran. Regulasi ini tengah dibentuk dan diharap bisa segera dijalankan.

Komite Tetap Ketenagakerjaan Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Bob Azam mengatakan,‎ peningkatan kualitas SDM memang sangat penting di era keterbukaan tenaga kerja dan pertumbuhan industri serta infrastruktur di Indonesia. Apalagi salah satu kelemahan Indonesia dalam mendorong perekonomian adalah dari segi SDM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement