Senin 11 Apr 2016 08:03 WIB

Besarkan Perbankan Syariah, Indonesia Disarankan Lakukan Hal Ini

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan syariah.
Foto: dok. Republika
Perbankan syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk membesarkan perbankan syariah dan industri keuangan syariah secara keseluruhan, Indonesia harus memanfaatkan masa normalisasi yang tengah berlangsung saat ini.

Dalam diskusi IFN Forum bertajuk 'New Direction of Islamic Finance Institutions', baru-baru ini, CEO dan Direktur Eksekutif CIMB Islamic Bank Malaysia Rafe Haneef mengatakan, setelah masa turbulensi, industri keuangan syariah akan memasuki masa normalisasi untuk kemudian masuk ke masa tampil. Indonesia kini tengah memasuki masa normalisasi yang Rafe nilai harus dimanfaatkan dengan baik.

Regulasi juga harus dikembangkan di fase normalisasi karena sangat kritikal agar bisa naik ke masa tampil. Setiap negara mengalami masa evolusi berbeda dan bisa saling belajar. Malaysia butuh 33 tahun untuk bisa mencapai pangsa pasar perbankan syariah 27 persen.

Menurut Rafe, perbankan syariah harus punya diversifikasi basis aset agar bisa mendapat nasabah besar (big ticket). ''Isu modal juga penting. Kalau bank syariah hanya bermain di ritel dan UKM, sulit. Penting untuk bisa masuk ke semua level,'' kata Rafe baru-baru ini.

Kepala Unit Syariah Maybank Indonesia Herwin Bustaman mengatakan, perbankan syariah Indonesia fokus pada segmen ritel dan UKM karena terbatasnya jangkauan, pangsa pasar jadi tertahan sekitar lima persen. Presiden juga sudah akan membuat Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). ''Ditambah OJK juga sudah menerbitkan sekian stimulus, kami harap akan ada pertumbuhan eksponensial,'' kata Herwin.

Ke depan ada banyak proyek infrastruktur, dimana di dalamnya ada porsi 30 persen kemitraan publik dan privat (PPP). Herwin berharap ada ruang belajar bagi perbankan syariah untuk bisa ikut membiaya infrastruktur.

Menurut Herwin, ini saatnya perbankan syariah untuk menguatkan infrastrukturnya agar kompetitif dengan perbankan konvensional. Meski harus siap bersusah-susah karena banyak hal yang harus dilakukan sendiri, Herwin melihat ini saatnya bagi para investor berinvestasi di Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement