REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meminta pembangunan kereta ringan (Light Rail Transit/LRT) di Jakarta, Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek), Palembang, dan Bandung Raya dipercepat karena rapat tentang itu sudah sering dilakukan.
"Yang Jabodetabek sudah dimulai. Palembang sudah dimulai. Jakarta sudah," kata Joko Widodo saat membuka rapat kabinet terbatas tentang percepatan pembangunan LRT dalam rangka Asian Games ke 18 tahun 2018 di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/3).
Kepala Negara juga mengatakan, dengan akan adanya kereta cepat Bandung-Jakarta maka diharapkan nantinya akan ada integrasi antara mass rapat transit (kereta bawah tanah), busway, kereta bandara, kereta komuter dan kereta cepat. Ia mengatakan integrasi angkutan berbasis rel itu akan mengurangi kemacetan di kota besar.
Menurut dia, kemacetan di Jakarta telah menyebabkan kerugian Rp 28 triliun per tahun, sedangkan kemacetan Jakarta-Bandung menyebabkan kerugian Rp 7 triliun per tahun. "Ini yang akan kita hilangkan. Tiap tahun negara kehilangan Rp 35 triliun. Ini tiap tahun. Ini mutlak dilakukan pembangunan (kereta) agar uang tidak hilang percuma karena macet," katanya.
Selain itu, Joko Widodo meminta agar angkutan umum berbasis rel juga terintegrasi dengan bandara termasuk yang ada di Jakarta. "Saya ingin semua terintegrasi dengan bandara. Di Palembang sudah terintegrasi. Di Jakarta gimana? Apa sebaiknya LRT ke sana atau kereta cepat yang ke sana. Semua ada hitung-hitungannya," katanya.
Ia mengatakan percepatan LRT dan kereta itu akan bisa menjadi alternatif transportasi massal di Jakarta, Jabodetabek, Bandung dan Palembang. "Percepatan ini untuk Asian Games 2018. Kita harapkan bisa selesai semua," katanya.
Dia berharap semua masalah terkait LRT atau kereta dapat segera diselesaikan baik menyangkut jalur, teknis, pembiayaan, sumber daya manusia, perizinan, dan tata ruang. "Jalur MRT dan LRT harus terintegrasi. Kita ingin efisien dan produktif," katanya.