Jumat 25 Mar 2016 16:46 WIB

Penurunan Harga BBM Subsidi tak Sampai Rp 1.000 per Liter

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Petugas mengisi bahan bakar jenis premium di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta, Rabu (30/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Petugas mengisi bahan bakar jenis premium di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta, Rabu (30/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan diumumkan pada 1 April mendatang diproyeksikan tidak akan besar. Bahkan sinyal dari pemerintah penurunan tidak akan sampai angka Rp 1.000 per liter. Alasannya, harga minyak dunia yang mulai merangkak naik dan momen Lebaran pada Juli mendatang dikhawatirkan akan semakin melambungkan harga kebutuhan pokok. Meski harga BBM turun banyak, harga kebutuhan pokok dan biaya jasa transportasi diyakini tidak akan ikut turun.

"Maka disampaikan, dalam posisi yang sedang turun, kita akan melakukan smoothing. Jadi ketika nanti naik lagi, harga kita harapkan nggak usah naik lagi," kata Direktur Utama PT Pertamina (persero) Dwi Sucipto, Jumat (25/3).

Meski begitu, Dwi menolak memberikan angka pasti berapa penurunan harga BBM akan diberikan. Namun yang pasti, katanya, penurunan harga BBM akan memperhatikan kemungkinan kenaikan harga minyak dunia di masa yang akan datang.  "Pasti larinya ke harga jual, tidak pas dengan kebutuhan masyarakat," kata dia.

Dwi juga menyebutkan bahwa harga BBM saat ini sudah lebih besar dari harga keekonomian. Artinya, PT Pertamina (Persero) sudah mendapat untung dari penjualan BBM ini. Tahun lalu Pertamina mengaku rugi hingga Rp 12 triliun, karena harga BBM yang dijual lebih rendah dari harga keekonomian, khususnya untuk Premium.

“Sekarang posisi dari produk-produk BBM yang kami jual sudah surplus. Jadi 2015 Premium beberapa bulan minus, sekarang surplus semua. Akhir Maret kalau sudah pembukuan kuartal I akan kami sampaikan penjelasannya,” ujar Dwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement