REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Keuangan syariah dinilai harus bisa mendorong tumbuhnya wirausaha dari sumber daya yang ada, baik komersial maupun sosial.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil menuturkan, pertumbuhan wirausaha harus jadi komitmen bersama karena apa yang ada di industri saat ini baru sedikit dari potensi yang ada.
Dia menjelaskan, industri keuangan syariah memiliki banyak institusi, tapi skalanya kecil. Di sisi lain, makin banyak umat Islam yang berumrah sambil menunggu sambil menunggu antrean haji. Ibadah yang bersifat kesalehan pribadi itu, menurut Sofyan, harusnya direfleksikan juga dalam kesalehan sosial karena panggilan Tuhan juga ada pada soal sosial.
Dari peran keuangan syariah, salah satu yang jadi fokus adalah menciptakan wirausaha untuk menekan rasio Gini yang mencapai 4,1 persen. ''Kualitas pengusaha Muslim saat ini tidak lebih baik dari 40-50 tahun lalu karena generasi muda tidak lagi menghargai profesi wirausahawan dan memilih jadi profesional di perkotaan,'' ungkap Sofyan dalam Sharia Society Gathering yang digelar Askrindo Syariah baru-baru ini.
Sofyan juga menilai, orientasi umat Islam soal politik sudah cukup. Yang dibutuhkan saat ini, kata dia, yakni para profesional andal. Dia menjelaskan, belum banyak pengusaha Muslim yang bisa menembus pasar internasional.
Data BPS menunjukkan, semakin tinggi pendidikan, makin rendah yang menjadi pengusaha. Hanya dua persen lulusan perguruan tinggi yang bekerja sebagai wirausahawan. Lulusan perguruan tinggi jadi sangat tergantung pada industri.
Menurut dia, basis wirausaha adalah sumber daya manusia (SDM) yang punya sikap mental yang kuat. Pemerintah punya aneka program termasuk KUR yang tidak bisa berjalan sendiri, perlu dukungan juga dari sektor keuangan syariah.Belum lagi satu persen populasi menguasai 50 persen kekayaan. Menurut dia, tidak baik jika celah kemiskinan dan kekayaan makin besar.