REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Moody's Investor Service menurunkan prospek perbankan Arab Saudi dari stabil ke negatif. Moody's memprediksi harga minyak yang terus di level rendah dan turunnya belanja pemerintah akan membebani sektor perbankan Arab Saudi.
''Kami memprediksi lingkungan operasional bank-bank Saudi akan melemah dalam 12-18 bulan ke depan,'' kata analis senior kredit sekaligus Wakil Direktur Utama Moody's Olivier Panis, seperti dikutip Arabian Business, Rabu (16/3).
Dengan makin panjangnya harga minyak di level rendah dan reduksi belanja Pemerintah Saudi hingga 14 persen pada 2016 ini, Moody's menilai risiko kredit dalam sistem perbankan akan meningkat. Harga minyak sendiri diprediksi akan berada di sekitar 33 dolar AS per barel pada 2016 dan 38 dolar AS per barel pada 2017.
Moody's memprediksi pertumbuhan PDB riil Saudi juga akan melambat menjadi 1,5 persen pada 2016 dan dua persen pada 2017. Angka ini jauh lebih rendah dari pertumbuhan PDB Saudi pada 2015 yang mencapai 3,4 persen.
Pertumbuhan kredit juga akan melambat menjadi tiga hingga lima persen pada 2016 dari delapan persen pada 2015 dan 12 persen pada 2014. Risiko aset juga diperkirakan meningkat.
''Kami prediksi NPL perbankan Saudi juga akan naik menjadi sekitar 2,5 persen, naik dari 1,4 persen pada September 2015. Tapi, ini masih lebih rendah dari kebanyakan negara-negara kawasan Teluk lainnya,'' kata Panis.
Meski demikian, Moody's melihat modal penyangga industri perbankan Saudi tetap solid rata-rata ekuitas umum diperhitungkan average tangible common equity (TCE) stabil sekitar 15,7 persen pada akhir 2016, naik dari 15,4 persen per September 2015.