Rabu 16 Mar 2016 12:37 WIB

Pengembangan Biodisel Mampu Lindungi Petani Sawit

Biodiesel (ilustrasi)
Foto: olipresses.net
Biodiesel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ‎Pemerintah mengupayakan untuk pemanfatan hasil olahan dari perkebunan kelapa sawit. Salah satunya adalah pengembangan Biodisel. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan saat ini Indonesia telah berhasil meluncurkan inisiatif Biodiesel B-20 pada 2015.

Inisiatif ini merupakan dorongan utama untuk energi campuran kita, karena sebelumnya Indonesia sangat tergantung pada bahan bakar fosil. Apalagi sebagai negara pengimpor, Indonesia membutuhkan sumber energi yang lebih berkelanjutan.

Peningkatan kebutuhan ‎untuk crude palm oil (CPO) dari produk sawit mampu mendongkrak harga CPO  naik tipis menjadi 565 dolar per ton dari 535 dolar per ton, ketika Indonesia mulai mengumpulkan retribusi untuk program  biodiesel. Dengan perbaikan penambahan CPO, bukan hanya harga yang kemudian meningkat, namun hal ini bisa melindungi petani kecil dari potensi krisis karena penurunan harga tandan buah segar.

"CPO merupakan salah satu sektor yang kompetitif dan itu adalah alat yang efektif untuk pengentasan kemiskinan," ujar Darmin dalam acara Konferensi Sawit dan Lingkungan (ICOPE) ke-5 di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/3).

Darmin menjelaskan, satu hektar perkebunan CPO dapat menghasilkan rata-rata 3,8 ton minyak. Dengan harga yang baik saat ini, nilai jual sawit mampu menghasilkan sekitar 2.150 dolar per hektar. Pendapatan ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkebunan karet yang tingkat produktivitasnya satu ton per hektar hanya menghasilkan 1.500 dolar per ton.

Perkebunan sawit  pun membutuhkan pekerja yang cukup banyak. Dampaknya perkebunan sawit memberikan imbal sangat besar untuk pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja untuk Indonesia. Bahkan perkebunan sawit mampu menyerap lebih dari 4 juta tenaga kerja langsung dan lebih dari 10 juta tenaga kerja tidak langsung serta berkontribusi besar terhadap ekspor non-migas Indonesia.

“Dengan mempromosikan Wajib Biodiesel (B20) pada 2016, yang secara bertahap akan meningkat menjadi 30 persen pada 2025, kami yakin kebijakan ini akan mempromosikan penggunaan energi yang lebih berkelanjutan," papar Darmin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement