Selasa 15 Mar 2016 20:40 WIB

Pasar Batu Bara Sulit, Adaro Jaga Likuiditas

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
 PT Adaro Energy Tbk
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
PT Adaro Energy Tbk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Adaro Energy Tbk merilis laporan keuangan konsolidasi yang diaudit untuk tahun 2015. Dalam kondisi pasar batubara yang sulit seperti saat ini, serta profitabilitas yang lebih rendah Adaro mempertahankan posisi likuiditas yang tetap solid, untuk mengatasi penurunan yang terjadi saat ini.

Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, kegiatan operasional tetap berjalan dengan baik di tengah tantangan yang dihadapi pasar batubara dan ketidakadilan ekonomi dunia. Ia meyakini, penurunan harga komoditas batubara saat ini merupakan bagian dari siklus dan fundamental batubara yang akan kokoh di masa yang akan datang. 

"Kami perkirakan bahwa Indonesia dan negara di Asia Tenggara lainnya serta India akan butuh batubara dalam skala besar. Tentunya utnuk mencukupi pasokan listrik demi mendukung pertumbuhan ekonomi masing-masing," jelas Garibaldi melalui siaran persnya, Selasa (15/3). 

Dalam laporan keuangan disebutkan bahwa Adaro membukukan pendapatan usaha dengan penurunan 19 persen menjadi 2.684 juta dolar AS akibat penurunan volume penjualan sebesar 7 persen dan penurunan harga jual rata-rata sebesar 14 persen. Adaro juga menurunkan biaya kas batubara (tidak termasuk royalti) sebesar16 persen menjadi 27,98 dolar AS per ton terutama karena penurunan nisbah kupas serta biaya bahan bakar yang lebih rendah daripada anggaran, dan di bawah target yang telah ditetapkan pada kisaran 31 dolar AS sampai 33 dolar AS per ton.

Sementara itu, EBITDA (keuntungan sebelum pajak) operasional Adaro, tidak termasuk komponen akuntansi non operasi, turun 18 persen menjadi 730 juta dolar AS. Adaro berhasil mencapai panduan EBITDA  operasional yang ditetapkan pada kisaran 550 juta dolar AS sampai 800 juta dolar AS, yang mencerminkan kualitas laba dan kesinambungan model bisnisnya.

Laba bersih perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 17 persen menjadi 151 juta dolar AS akibat turunnya pendapatan usaha yang disebabkan oleh harga jual rata-rata yang melemah dan beban penurunan nilai non kas yang bersifat hanya satu kali. Adaro mencatat laba inti sebesar 293 juta dolar AS yang menunjukkan kualitas laba setelah pajak dan kinerja yang kokoh dari bisnis intinya.

"Adaro menjaga likuiditas yang kokoh dengan saldo kas sebesar 702 juta dolar dan fasilitas pinjaman bank dengan komitmen penuh sebesar 60 juta dolar yang belum dipakai, yang dapat menjadi penunjang pada situasi yang sulit saat ini," ujar Garibaldi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement