REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina (persero) dinilai akan membutuhkan waktu cukup lama untuk membangun fasilitas pengolahan gas alam cair atau FLNG seperti yang telah dibangun oleh Malaysia melalui perusahaan migasnya, Petronas. Seperti diketahui, Petronas telah mengoperasikan FLNG mereka yang bernama "Satu" atau kerap disebut Petronas FLNG (PFLNG) Satu.
Tenaga Ahli Bidang Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Haposan Napitupulu menilai, Pertamina butuh waktu lama untuk bisa mengejar Petronas yang lebih dulu membangun FLNG. Alasannya, butuh riset dan kajian yang mendalam sebelum memutuskan untuk membangun FLNG. Untuk kasus di Blok Masela, baik FLNG atau OLNG (darat), keduanya tidak dibangun oleh Pertamina melainkan investor.
"Pertamina perlu riset banyak. Petronas melakukan riset sudah lama sekali," ujar Haposan saat diskusi terbuka di kantornya, Jumat (12/3).
Haposan memaparkan Petronas FLNG (PFLNG) dibangun berkat teknologi yang sudah lama dikembangkan. PFLNG sendiri melakukan kajian bersama kontraktor Shell.
"Pertamina belum mampu mengembangkan teknologinya," kata Haposan.
PFLNG SATU memiliki panjang 360 meter (1.180 kaki) panjang dan lebar 60 meter (197 kaki). Kapal FLNGnya akan ditambatkan di lapangan gas Kanowit Malaysia, 180 kilometer (112 mil) lepas pantai Sarawak. Kapal besar ini memiliki kapasitas untuk memproduksi 1,2 juta ton LNG per tahun (MTPA).