Senin 07 Mar 2016 12:39 WIB

Menteri Jokowi Ini Berharap Penguatan Rupiah tidak Terlalu Banyak

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ‎Nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar terus mengalami penguatan. Meski nilai tukar rupiah kian menguat dari mata uang asing, Menteri Koordinator‎ Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan penguatan rupiah sebenarnya belum tentu berdampak baik untuk perekonomian Indonesia. 

"Ini harus sesuai dengan fundamental rupiah," ujar Darmin di Jakarta, Senin (7/3).

Menurut Darmin, banyak pihak bahwa fundamental rupiah untuk bisa bersaing dalam berbagai hal berada di angka Rp 12.700, tapi ada juga yang menyebut Rp 12.500‎, bisa juga dibawah angka tersebut. 

Namun, menurut Darmin, angka ini belum tentu benar karena semuanya masih tergantung dengan keseimbangan sesuai dengan waktu yang berlangsung. Artinya rupiah ini tidak boleh terlalu lemah, namun tidak boleh juga terlalu kuat.

"Ini sebenarnya kurs sebaiknya tidak bersifat menghambat tapi bisa mendorong kegiatan perdagangan‎. Dia (rupiah) mestinya pas," lanjut Darmin.

(Baca: Rupiah Mendekati Rp 13.000 per Dolar AS)‎

Untuk membuat rupiah tidak terlalu kuat, pemerintah harus berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI). Sebab pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, terlebih BI mempunyai instrumen untuk menahan penguatan rupiah.

"Pemerintah juga bisa (menjaga nilai rupiah), dengan mempengaruhi nilai tukar surat utang negara (SUN)," papar Darmin.

‎Di sisi lain, Darmin menilai bahwa nilai tukar rupiah masih bisa menguat. Karena ruang untuk penguatan tersebut masih ada. Tapi Darmin berharap penguatan tersebut tidak terlalu banyak.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement