REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Daerah Istimewa Yogyakarta masih menunggu peraturan presiden untuk melakukan penyerapan jagung dan kedelai di Yogyakarta.
"Kami masih menunggu peraturan presiden (perpres) untuk menjalankan fungsi baru Bulog sebagai stabilisator beras, jagung, dan kedelai," kata Kepala Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) DIY Sugit Tedjo Muljono di Yogyakarta, Rabu.
Meski belum turun peraturan presiden (perpres) serta harga pembelian pemerintah (HPP) untuk jagung dan kedelai, menurut dia, Bulog DIY telah mulai menjajaki kerja sama dengan para petani dua komoditas itu.
Menurut dia, sebagai langkah awal Bulog DIY masih memetakan pusat-pusat produksi jagung dan kedelai di DIY.
"Meski sudah menjalin hubungan dengan beberapa petani jagung dan kedelai, kami masih menunggu data dari Dinas Pertanian mengenai spot-spot produksi jagung dan kedelai di DIY, lokasinya di mana dan potensinya berapa," kata dia.
Selain menjalin kerja sama dengan mitra distributor serta para petani jagung dan kedelai, Bulog DIY juga akan menyewa gudang baru khusus untuk menampung stok jagung dan kedelai.
Hingga saat ini, Bulog DIY hanya memiliki empat gudang yang mampu menampung 31.500 ton beras. "Untuk lokasi gudang baru ke depan akan menyesuaikan dengan pusat produksi jagung dan kedelai," katanya.
Sementara itu, kata Sugit, meski belum turun perpers, Bulog DIY telah mulai menyalurkan jagung khusus untuk peternak dalam rangka merespons tren kenaikan telur ayam yang disebabkan melonjaknya harga pakan ternak di daerah itu beberapa waktu lalu.
Jagung yang disalurkan, menurut dia, berasal dari stok Bulog Jawa Timur karena pihaknya belum memiliki stok. "Untuk penyaluran jagung sudah, sementara ini khusus disalurkan kepada peternak langsung," kata dia.