Selasa 01 Mar 2016 21:48 WIB

Industri Pulp Indonesia Ditarget Naik Peringkat

 Menteri Perindustrian Saleh Husin (kanan) meninjau proyek pembangunan pabrik OKI Pulp & Paper Mills di Sungai Baung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan, Selasa (1/3). (Republika/Maspril Aries)
Menteri Perindustrian Saleh Husin (kanan) meninjau proyek pembangunan pabrik OKI Pulp & Paper Mills di Sungai Baung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan, Selasa (1/3). (Republika/Maspril Aries)

REPUBLIKA.CO.ID, OGAN KOMERING ILIR -- Peta industri pulp dan kertas dunia terus berubah dan ini menguntungkan Indonesia. Industri kini bergeser dari negara-negara di Amerika Utara dan Scandinavia (Eropa Utara) ke Asia termasuk Indonesia, negara-negara Asia Timur dan Amerika Latin.

"Kombinasi pergeseran dan prediksi kenaikan kebutuhan kertas dunia dari 394 juta ton menjadi 490 juta ton pada 2020, memberi peluang bagi kita untuk mengembangkan industri pulp dan kertas," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (1/3).

Kontinuitas pasokan bahan baku untuk industri pulp dan kertas nasional terjaga dari pengembangan Hutan Tanaman Industri. Menurut Menperin, Indonesia unggul dalam pasokan bahan baku karena iklim yang cocok bagi tanaman HTI seperti akasia dan eucalyptus.

Sejauh ini, industri pulp Indonesia menduduki peringkat 9 dunia dan industri kertas peringkat 6. Khusus di Asia, industri pulp dan kertas nasional menempati peringkat ke-3. "Dengan beroperasi pabrik PT OKI nanti, saya berharap industri pulp kita melompat naik ke ranking 6 dari posisi sembilan dunia," kata Saleh.

Pabrik dan infrastruktur seluas 1.700 ini memiliki kapasitas produksi sebesar 2 juta ton pulp dan 500 ribu ton kertas tissue per tahun. Kedua produk tersebut, mayoritas akan diekspor dengan porsi pulp 80 persen dan kertas 95 persen.

"Investasi kami sebesar Rp 40 triliun dan ekspor produk berpotensi menyumbang devisa USD 1,5 miliar per tahun," kata Direktur OKI Pulp & Paper Suhendra Wiriadinata. Angka itu setara Rp 20 triliun per tahun.

Pihak PT OKI berhitung, keberadaan pabrik ini diperkirakan dapat mendongkrak ekspor Sumatera Selatan sekira 45 persen dan pertumbuhan ekonomi daerah 6,2 persen. Pabrik ini diharapkan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.500 karyawan langsung dan 15 ribu karyawan tidak langsung yang sebagian besar berasal dari Sumsel.

Kebutuhan bahan baku akasia pabrik ini akan dipasok dari lahan hutan tanaman industri (HTI) seluas 472 ribu hektare (ha) yang berada di Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin."Kami harapkan pabrik beroperasi pada kuartal 3 tahun ini. Kami juga ingin hadirnya PT OKI dapat mendongkrak posisi industri baik pulp maupun kertas tidak hanya Indonesia tapi di mata dunia," ujar Managing Director Sinar Mas G Sulistiyanto.

Guna mendukung investasi besar oleh Grup Sinarmas tersebut, pemerintah memberikan fasilitas berupa kemudahan impor barang modal dan pemberian penghapusan pajak badan dalam waktu tertentu (tax holiday). Soal fasilitas fiskal ini, setelah melakukan kajian, Menteri Perindustrian meneruskan permohonan tax holiday PT OKI kepada Menteri Keuangan pada November 2013. Akhirnya,  berdasarkan hasil rapat komite verifikasi, perusahaan  ditetapkan mendapatkan fasilitas Tax Holiday selama 8 tahun melalui KMK No. 803/KMK.010/2015

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement