Senin 29 Feb 2016 11:18 WIB

Perkembangan Populasi Penduduk Menjadi Tantangan Pasokan Air di Jakarta

Air bersih
Foto: Pixabay
Air bersih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Air merupakan salah satu kebutuhan paling mendasar masyarakat di seluruh dunia. Pencemaran air, atau ketersediaan air yang tidak mencukupi selalu menjadi masalah yang perlu ditindaklanjuti segera.

Dalam hal ini, sebagai salah satu operator penyedia air bersih, PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) menjelaskan bahwa tantangan tersebut bukan hanya ada pada kualitas air, maupun ketersediaan air, melainkan juga jumlah penduduk yang ada di Jakarta.

"Perkembangan populasi di Jakarta juga ikut mempengaruhi tantangan pendistribusian air bersih ke masyarakat. Pasalnya, semakin meningkat pertumbuhan penduduk, kebutuhan air juga ikut bertambah," kata Meyritha Maryanie kepala divisi Corporate Communication dan Social Responsibility PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) kepada Republika.co.id belum lama ini dalam keterangan tertulis.

Selain itu diakui oleh dia, pasokan air baku yang di terima PALYJA dari luar Jakarta sebesar 94,3 persen yang terdiri dari air baku jati luhur 62,5 persen, Air Olahan (Bulk Treated Water ) dari 31,8 persen dari Tangerang (Cikokol dan Serpong) dan 5,7 persen air yang diambil dari Jakarta (kali Krukut 4 persen dan Cengkareng 1,7 persen).

"Dari data tersebut bisa kami informasikan juga bahwa ketahan air di Jakarta sekitar 2-3 persen. Dari pasokan air baku yang di terima, PALYJA memiliki cakupan layanan yang mencapai 60 persen untuk didistribusikan," tambah dia.

Belum lagi menghadapi ketergantungan Jakarta akan pasokan air baku membuat defisit ketersediaan air bersih. Menurut data, kebutuhan Jakarta akan air bersih mencapai 26,1 m3/detik. Tetapi ketersediaan air bersih hanya 17 m3/detik. Hal ini yang dimaksud oleh Meyritha sebagai defisit air.

"Bila kondisi defisit ini terus menerus terjadi, maka potensi Jakarta kekurangan air bersih semakin besar," tutup dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement