REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN -- Pengamat ekonomi Sumatera Utara, Wahyu Ario Pratomo berharap pihak kepolisan membongkar kasus bawang impor ilegal hingga ke pelaku utama karena penyelundupan itu mengganggu program swasembada pemerintah dan termasuk merugikan masyarakat.
"Bawang impor ilegal bukan hanya merugikan pemerintah dari pendapatan pajak, tetapi juga bisa membuat program swasembada gagal dan tidak tertutup kemungkinan harga bisa melonjak di pasar akibat pasokan dikuasai penyelundup," ujarnya di Medan, Selasa.
Dia mengatakan itu mengomentari soal adanya pengamanan 6,5 ton bawang merah impor ilegal di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumut oleh pihak kepolisian.
Bawang merah impor ilegal tersebut diamankan dari sebuah truk yang melintas di kawasan Pasar Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai pada Minggu (21/2) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB.
Menurut Wahyu yang Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu, bawang impor ilegal tersebut juga bisa merugikan kesehatan masyarakat karena komoditas itu masuk tanpa pemeriksaan karantina.
"Harus dihargai upaya pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Perdagangan yang sedang berupaya meningkatkan penanaman bawang dan menekan impor untuk pencapaian swasembada komodita stersebut," katanya.
Upaya Bulog seperti Bulog Sumut yang sedang melakukan operasi pasar (OP) bawang di Sibolga untk menekan harga komoditas itu di daerah tersebut juga harus dihargai.
"Impor ilegal bawang hanya menguntungkan satu atau kelompok tertentu sedangkan kerugiannya menimpa banyak pihak mulai masyarakat konsumen, petani dan pemerintah.Jadi memang penyelundupan harus diberantas tuntas dan termasuk memberi sanksi tegas agar pelaku jera," kata Wahyu.
Kepala Bulog Sumut. Fatah Yasin menyebutkan, hingga pekan ini, Bulog masih melakukan OP bawang merah dan termasuk cabai merah ke Kota Sibolga yang pada Januari 2016 mengalami inflasi tertinggi di Sumatera
OP cabai merah ada sebanyak 260 kg dan bawang merah 100 kg dengan harga jual masing-masing Rp25.000 per kg.
Pada Januari 2016, inflasi di Sibolga, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, paling tinggi atau mencapai 1,82 persen dan memicu tetap terjadinya inflasi di Sumut di Januari sebesar 0,88 persen.
"OP bukan hanya untuk meredam harga jual yang lagi naik di daerah tertentu, tetapi juga untuk menjaga harga jangan anjlok di daerah yang sedang panen," ujar Fatah Yasin.
Cabai merah misalnya dibeli Bulog dari Kabupaten Batubara yang sedang panen dan bawang merah asal Simalungun.
Kepala BPS Sumut, Wien Kusdiatmono, mengatakan, tahun 2015 dan hingga Januari 2016 tidak ada data impor bawang merah yang tercatat masuk ke Sumut.