REPUBLIKA.CO.ID,Bulu domba kerap menjadi limbah ketika ternak tersebut disembelih. Keberadaannya yang menumpuk juga bisa merusak tanah karena bulu-bulu tersebut mengandung keratin.
Memperhatikan hal tersebut, Tatang Gunawan tergerak untuk memanfaatkan limbah bulu domba agar bernilai jual sekaligus menjaga lingkungan. Ia pun merealisasikannya dengan memulai usaha kerajinan dari bulu domba pada Januari 2014 dengan nama Ecodoe.
Pria 23 tahun itu masih ingat betul ketika memulai usaha. Ketika itu, ia melihat bulu domba kerap dijadikan limbah. Padahal, di dalam benaknya ada beragam cara mengolah bulu domba tersebut menjadi barang berguna. Bahkan, bisa mengubah hidupnya dari seorang mahasiswa tingkat akhir menjadi pengusaha muda.
Ia pun kemudian bertekad memopulerkan Green Souvenir. Brand yang ia usung bernama Ecodoe. Nama tersebut merupakan gabungan dari "ekologi" alias lingkungan dan "doe" merujuk pada kata "domba".
Selain bulu domba, akar wangi juga ia manfaatkan sebagai bahan baku kerajinan agar memiliki nilai tambah. Kedua bahan baku tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi boneka-boneka mungil cantik dan wangi.
Ketika pertama kali mengenalkan produk Ecodoe, sambutan hangat diperoleh dari konsumen. Produknya dinilai unik dan ramah lingkungan. Sejak itulah pesanan terus berdatangan sehingga ia harus lebih merapikan manajemen produksi dan distribusi agar tak mengecewakan konsumen.
Pria asli Garut ini melibatkan sejumlah pengrajin yang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga dalam memproduksi boneka. Pengrajin mengerjakan produk tersebut di rumah masing-masing dan mendapatkan bayaran jika boneka telah rampung sesuai arahan.
Dalam sebulan, para pengrajin dapat memproduksi 200-300 boneka yang bentuknya beragam setiap pekan. Harga jual boneka, yakni Rp 80 ribu hingga Rp 120 ribu. Tinggi rendahnya harga bergantung kerumitan pembuatan dan aksesoris yang digunakan.
Boneka-boneka Ecodoe diproduksi sesuai pesanan. Promosi dilakukan dengan beragam cara. Dari mulai mulut ke mulut, menyebar brosur, hingga memberdayakan media sosial jejaring maya. Hasilnya, ia kebanjiran pesanan dari sejumlah daerah termasuk mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan Italia. Boneka-boneka tersebut, kata Tatang, bisa menjangkau luar negeri lewat beragam event atau dari mulut ke mulut.
Strategi pemasaran dibagi menjadi tiga lini. Di antaranya, tim yang fokus pada penggunaan boneka Ecodoe untuk dekorasi ruangan, lini dua berfokus pada layanan perhelatan, dan ketiga di bidang pariwisata.
"Kebanyakan pesanan itu untuk suvenir di seminar dan acara," kata dia. Meski, pesanan satuan yang bersifat eksklusif pun tetap terbuka. Ia ingin, bagaimana caranya, konsumen secara refleks mengingat Ecodoe jika ingin memberi suvenir untuk orang-orang terkasihnya.