REPUBLIKA.CO.ID, NAOSHIMA -- Pemerintah Indonesia meminta agar industri pengolahan dan pemurnian hasil tambang (smelter) dapat memperluas produksi serta investasi. Hal ini diharapkan dapat memperkuat struktur industri dan nilai tambah karena memasok kebutuhan bagi industri lainnya.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, salah satu perusahaan pertambangan di Indonesia yakni Mitsubishi Materials telah membangun dan mengoperasikan PT Smelting di Gresik, Jawa Timur. Dengan menggenggam saham mayoritas, Mitsubishi Materials bermitra dengan pemegang saham lainnya yaitu PT. Freeport Indonesia, Mitsubishi Corporation dan Nippon Mining, and Metals Co Ltd.
"Sebagai perusahaan multinasional yang menguasai teknologi, saya minta Mitsubishi mengembangkan pengolahan tembaga lebih lanjut di Indonesia. Karena, smelter yang di Gresik baru menghasilkan katoda tembaga," ujar Saleh dalam keterangan tertulisnya, Ahad (21/2).
Saleh mengatakan, katoda tembaga masih terbatas hanya untuk memasok industri kabel listrik. Oleh karena itu, smelter diminta mengembangkan industri antara yang mengolah tembaga untuk industri otomotif dan elektronika. Menurut Saleh, ekspansi smelter akan meningkatkan nilai tambah, penghiliran hasil tambang, dan memperkuat industri strategis seperti otomotif dan elektronika. Dengan demikian, produk yang dihasilkan industri antara dan hilir lebih tahan terhadap fluktuasi harga komoditas bahan mentah.
"Kami mengundang perusahaan Jepang untuk menambah penanaman modal di Indonesia, terutama dalam pengembangan industri bernilai tambah," kata Saleh.
Sementara itu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, industri otomotif dan elektronika memberi kontribusi yang sangat besar bagi ekonomi Indonesia. Khusus industri elektronika, nilai ekspornya mencapai 10 miliar dolar AS per tahun.
Menurut Putu, untuk meningkatkan ekspor maka dibutuhkan investasi produksi komponen. Selain itu, diharapkan perusahaan Jepang dapat membangun pusat research and development (R&D) karena dapat menopang siklus industri jangka panjang.