REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak hanya mie yang bisa dibuat secara instan. Ketupat pun bisa menjadi makanan instan. Peluang bisnis makanan instan ini dibuka oleh Arie Saputra, seorang mantan apoteker. Dengan produk bermerk Pat Pat Ketupat Mini, ia mampu meraup keuntungan.
Kehidupan di perkotaan yang sibuk menuntut segalanya serbacepat. Termasuk dalam urusan penyajian makanan. Ketupat instan buatan Arie mula-mula ditujukan bagi pasangan muda dan siapa pun yang sibuk tapi tidak punya cukup waktu lama ketika ingin makan ketupat.
Sebagaimana namanya, tidak perlu repot-repot ketika ingin mengonsumsi ketupat instan Pat Pat Ketupat Mini. Konsumen hanya perlu merebusnya dalam waktu 45-60 menit saja. Ketupat biasa harus melalui tahap perebusan hingga tiga sampai empat jam.
"Jadi, tinggal dibeli, lalu direbus, bisa langsung disantap," kata Arie kepada Republika belum lama ini. Bungkus ketupat instan menggunakan bahan plastik makanan khusus yang tahan perebusan.
Bisnis ketupat instan bermula ketika Arie mendirikan perusahaan sendiri di bidang farmasi. Perusahaan tersebut bernama PT Aurel Primatama Indonesia.
Sebelumnya, ia menempuh pendidikan S-I jurusan farmasi dan menjadi seorang apoteker di salah satu perusahaan farmasi. Berkat sejumlah pengalaman tersebut, ia mengaku tak kesulitan ketika memformulasikan racikan obat maupun makanan dan minuman.
Perusahaan yang ia dirikan sebenarnya ingin merambah bidang farmasi secara luas. Karena, modal yang ia miliki terbatas, Arie pun menggunakan ketupat instan sebagai produk rintisannya. Setelah melewati sejumlah percobaan yang menghabiskan waktu dan energinya, ia pun berhasil memformulasikan ketupat instan dengan kekenyalan dan tekstur yang bagus untuk dikonsumsi tanpa mengabaikan aspek kesehatan.
Modal awal produksi dan pengemasan perdana ketupat instan sebesar Rp 50 juta. Modal tersebut ia gunakan untuk membeli mesin, sewa tempat, dan pembelian bahan baku.
Ia menerangkan, proses produksi terbagi dua, yakni bahan baku komposisi berupa beras dan garam serta kemasan. Bahan baku yang digunakan bebas pengawet dan pewarna dengan jaminan konkret berupa sertifikat dari lembaga berwenang. Ketupat dibungkus plastik khusus tahan rebusan kemudian dikemas lagi dengan kardus khusus.
Produksi perdana, Arie membeli lima karung beras lokal dengan total berat 250 kilogram. Dari sana menghasilkan 20 kardus yang masing-masingnya berisi 20 gram ketupat instan. Ketupat-ketupat tersebut lantas segera diperkenalkan kepada konsumen dan langsung menyasar distribusi di pasar modern. Arie juga memperkenalkan produknya ke toko-toko buah dan parsel serta minimarket.
"Awal memperkenalkan memang agak sulit karena ini produk baru di Indonesia, tapi konsumen antusias tinggi dan mereka penasaran," katanya. Di sanalah kesempatan ia melakukan penjelasan dengan mengunggulkan kepraktisan tanpa mengabaikan aspek kesehatan dan kehalalan. Kelengkapan dokumen seperti sertifikat halal dan sehat juga telah ia kantongi sehingga memudahkannya melakukan penjajakan.