Rabu 17 Feb 2016 11:45 WIB

Retorika Cinta Keuangan Syariah

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Ribuan warga mengikuti jalan santai memeriahkan acara peluncuran Gerakan Ekonomi Syariah (GRES!) di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Ahad (17/11). (Republika/Aditya Pradana Putra)

Ayam kampung

Berulang kali, pakar ekonomi syariah Adiwarman Karim mengatakan, keuangan syariah Indonesia bak ayam kampung.  Bermula dari bank syariah pertama yang didirikan atas inisiatif masyarakat pada 1992, keuangan syariah Indonesia tetap hidup tanpa diurus.  Laiknya ayam kampung.

Perbandingan aset pula yang dinilai Adiwarman membuat keuangan syariah, terutama perbankan syariah, antara Indonesia, Malaysia dan kawasan Teluk menjadi tidak setara.  "Aset bukan acuan untuk perbankan ritel seperti bank syariah Indonesia.  Acuan perbankan ritel adalah jumlah nasabah yang dilayani dan jangkauan kantor,'' ujar Adiwarman. 

Salah satu negara Afrika, Kenya yang memiliki empat puluh juta nasabah bank syariah, berani mengklaim merekalah yang terbesar.  Sementara, jumlah nasabah industri keuangan syariah Indonesia saat ini setidaknya 38 juta orang alias sedikit di bawah Kenya.  Lagi pula, tidak sebanding aset lima persen aset perbankan syariah Indonesia yang sumber dananya dari masyarakat dengan aset 20 persen aset perbankan syariah Malasyia yang bersumber dari badan usaha pemerintah.

Tidak juga setara dengan perbankan syariah di kawasan Teluk yang sifatnya bank investasi //petrodollar//.  "Indonesia malah jadi diarahkan untuk menggunakan ukuran mereka," kata Adiwarman yang juga menjabat sebagai Direktur Karim Consulting Indonesia ini.

Pangsa pasar yang masih kecil memang tak seharusnya membuat industri keungan syariah Indonesia berkecil hati.  Dari sisi aset, Indonesia bisa saja tertinggal karena industri perbankan Indonesia yang segmen bisnisnya adalah ritel.  Hal ini berbeda dengan Malaysia yang segmennya korporasi.

"Nasabah perbankan syariah sudah 18 juta meski aset kecil.  Itu hampir sama dengan penduduk Malaysia,'' ujar Ketua Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) Agus Sudiarto.

Dengan kondisi begini saja, aset perbankan syariah Indonesia sudah menembus Rp 270 triliun.  Kalangan industri optimistis pangsa keuangan syariah bisa lebih besar lagi. "Tapi, tidak boleh puas di sana dan tidak juga kecil hati.  Tak ada salahnya juga meningkatkan pangsa aset," kata Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement