Sabtu 13 Feb 2016 05:45 WIB

Penurunan Suku bunga harus diimbangi penguatan ekspor impor‎

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan keterangan pers?terkait suku bunga acuan (BI Rate) di Jakarta, Selasa (17/2).
Foto: Republika/Prayogi
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan keterangan pers?terkait suku bunga acuan (BI Rate) di Jakarta, Selasa (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ‎Dekan Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Arief Mufraini menjelaskan penurunan suku bunga harus diimbangi dengan penguatan sektor dan impor. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas keuangan.

Penguatan ekspor dan impor akan berdampak pada semakin banyaknya transaksi. Uang yang masuk ke dalam negeri semakin banyak. Hal ini dinilainya akan semakin memperkuat sektor perbankan.‎

Jika sektor ekspor dan impor tak berkembang, sementara suku bunga terus ditekan, maka dikhawatirkan memberi sentimen negatif kepada likuiditas perbankan. "Pihak bank tentu tak menginginkan hal ini," imbuh Arief, saat dihubungi, Jumat (‎12/2).

Situasi perekonomian global menurutnya sangat mempengaruhi dinamika suku bunga. Jika intensitas transaksi Indonesia dengan cina meningkat drastis, ditambah lagi dengan penguatan nilai rupiah, maka tak menutup kemungkinan perbankan akan semakin menurunkan suku bunga.

Terlepas dari itu, Arief menyatakan penurunan suku bunga bergantung kepada sektor pembiayaan. Bank Tabungan Negara (BTN) misalkan menurunkan suku bunga pada sektor kredit perumahan rakyat (KPR).

Hal ini menurutnya sudah mempertimbangkan situasi pasar bisnis perumahan yang dari tahun ke tahun selalu meningkat. Sebabnya, masyarakat pasti mencari rumah baru.‎

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement