REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Sejumlah perusahaan global menilai potensi geografis Indonesia untuk bisnis energi angin terbilang besar. Energi angin bisa digunakan untuk mengaktifkan pembangkit listrik dengan menggunakan turbin angin (wind turbine) dan kincir angin.
“Kami sudah ada hampir di seluruh Asia Pasifik, namun belum ada sama sekali di Indonesia,” kata Vice President Global Marketing and Public Affairs Vestas, Morten Dyrholm dijumpai di Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2016, Nusa Dua, Jumat (13/2).
Vestas merupakan pemain utama yang mengeksklusifkan diri sebagai perusahaan global bidang energi angin. Perusahaan ini telah membangun lebih dari 55.500 turbin angin di 73 negara dengan revenue pada 2014 mencapai 6,9 juta euro.
Turbin listrik bertenaga angin bisa diaktifkan dengan kecepatan rata-rata tujuh meter per detik. Dyrholm mengatakan teknologi-teknologi yang dikembangkan Vestas bisa mendukung pengembangan serupa di Indonesia, meski dengan kecepatan angin di bawah rata-rata, sekitar 5-5,5 m per detik.
Vestas sudah terkoneksi dengan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Singapura, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Menurut Dyrholm, Asia Tenggara kaya akan diversifikasi energi yang bisa dikombinasikan dengan energi angin. Harga gas di Asia Tenggara juga paling murah di Asia dan pemain kuncinya adalah Vietnam, Indonesia, dan Cina.
CEO Pace Energy, Michael Vawser mengatakan Indonesia adalah negara dengan sistem kelistrikan kompleks. Negara ini mencoba melayani lebih dari 250 juta penduduk dimana 25 persen di antaranya masih belum terjangkau listrik.
“Energi angin dapat memasok listrik skala kecil di pulau-pulau terpencil, bahkan mungkin skala besar jika sistem gridnya bagus. Australia Selatan mengalami kesulitan yang sama dengan Indonesia saat mula-mula mengembangkan energi ini,” katanya.