Jumat 12 Feb 2016 13:41 WIB

'PHK Masif tak Ada di Indonesia'

Fuad Bawazier
Foto: www.republika.co.id
Fuad Bawazier

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan menteri keuangan Fuad Bawazier berpendapat bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) di Tanah Air tidak seperti yang dibayangkan berbagai pihak. Dia meyakini, PHK tidak terjadi secara masif atau besar-besaran yang dilakukan sejumlah perusahaan.

Fuad melalui pesan tertulisnya mengakui memang ada kesan telah terjadi PHK besar-besaran di berbagai perusahaan di Tanah Air, terutama terkait adanya penutupan pabrik elektronik Panasonic, Toshiba, dan perusahaan otomotif Ford yang asal Amerika Serikat (AS).

Padahal, menurut Fuad, Toshiba dan Panasonic konteksnya lain. "Dua perusahaan ini ditutup karena mereka kalah bersaing dengan perusahaan elektronik lainnya dari Korea Selatan di Indonesia," katanya, Jumat (12/2). 

Menurut dia, kedua perusahaan itu melakukan relokasi dan reorganisasi di tubuh perusahaannya agar lebih efisien. Langkah serupa juga dilakukan Ford yang relokasi pabriknya di Thailand. "Kondisi seperti itu akhirnya terjadi PHK. Namun, di Indonesia sekarang ini, tidak ada PHK yang disebabkan iklim usaha yang sudah tidak kondusif sehingga mengharuskan perusahaan melakukan PHK," ungkap mantan dirjen pajak ini. 

Faktanya, Fuad mengatakan, masih banyak perusahaan di Indonesia yang melakukan penerimaan karyawan baru. "Jadi, sebenarnya berusaha di Indonesia ini masih kondusif," kata Fuad.

Fuad juga menyebutkan kondisi perekenomian di Indonesia masih bagus. Hal itu ditunjukkan dengan indikator ekonomi Indonesia yang relatif lebih baik, seperti nilai mata uang rupiah atas dolar AS masih kuat dan cadangan devisa Indonesia masih di atas 100 miliar dolar AS. "Indikator ekonomi seperti ini bisa memberikan kenyaman untuk iklim usaha di Indonesia. Selain itu, situasi keamanan juga masih baik, buktinya kita tidak terpengaruh oleh kasus teror yang terjadi di Thamrin baru-baru ini," papar Fuad.

Namun, dia mengatakan, Indonesia memang menghadapi persoalan, khususnya dengan adanya perdagangan bebas, seperti MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Bukan karena takut produk dalam negeri kalah bersaing dengan produk dari negara ASEAN.

"Kita mengkhawatirkan terjadi lagi relokasi dan reorganisasi pabrik-pabrik di Indonesia seperti yang dilakukan Panasonic, Toshiba, dan perusahaan otomotif Ford dalam rangka efisiensi. Ini memang yang harus diantisipasi pemerintah karena kalau terjadi lagi, maka PHK sulit dihindari," kata Fuad.

Dalam pasar bebas sekarang ini, dia menjelaskan, investor bisa melakukan efisiensi dengan membuat satu pabrik di negara ASEAN. Atau, mereka merger dengan pabrik yang sudah ada di negara ASEAN. "Toh, dengan pasar bebas sekarang ini, produk mereka akan bisa dijual di manapun di negara ASEAN karena adanya MEA itu," ujarnya. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement