REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Kamis sore bergerak menguat sebesar 28 poin menjadi Rp13.726 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.754 per dolar AS.
"Dolar AS bergerak melemah terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah akibat munculnya keraguan pasar terhadap peluang bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) menaikkan suku bunga secara agresif pada tahun ini," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.
Ia mengemukakan bahwa keraguan pasar itu seiring dengan pernyataan pejabat Federal Reserve mengenai kondisi keuangan yang ketat pasca kenaikan suku bunga AS pada Desember 2015 lalu.
"Jika kondisi keuangan ketat berlanjut, maka akan menjadi pertimbangan bagi para pembuat kebijakan Federal Reserve apakah akan kembali menaikkan suku bunga, atau mempertahankan di level saat ini sebesar 0,25-0,5 persen," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pelemahan dolar AS juga dipicu dari aktivitas sektor jasa Amerika Serikat yang melambat pada Januari 2016, kondisi itu menimbulkan kecemasan akan pelambatan ekonomi Negeri Paman Sam.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa kembali menguatnya minyak dunia membuat mata uang negara berkembang berbasis komoditas terapresiasi.
"Kembali bergeraknya harga minyak dunia di area positif membuat mata uang rupiah menguat. Seperti perkiraan sebelumnya, penguatan rupiah masih dapat berlanjut selama harga minyak masih menunjukan tren penguatan diikuti dengan maraknya katalis positif dari dalam negeri mengenai infrastruktur," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (4/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.662 dibandingkan Rabu (3/2) Rp13.757.