Selasa 02 Feb 2016 13:01 WIB

AS Danai Dua Proyek Restorasi Gambut RI

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Kendaraan melintas di samping sekat kanal lahan gambut di Jembatan Tumbang Nusa, Kalteng, Kamis (29/10).
Foto: Antara/Saptono
Kendaraan melintas di samping sekat kanal lahan gambut di Jembatan Tumbang Nusa, Kalteng, Kamis (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) Robert Blake menyatakan dukungan kuat pemerintah AS terhadap program-program perubahan iklim di Indonesia. Ia mengumumkan dua proyek baru yang bertujuan memperkuat kinerja Badan Restorasi Gambut (BRG) yang baru saja dibentuk.

"Dua proyek ini didanai dan berada di bawah payung program Compact antara Millennium Challenge  Corporation, juga Indonesia," kata dia dalam acara Festival Iklim 2016, Senin (1/2).

 

Ia menguraikan, program tersebut yakni "Berbak Green Prosperity Project" senilai 17 juta dolar AS. Program tersebut akan membantu merestorasi hidrologi hutan rawa gambut di Provinsi Jambi. Restorasi sistem pada akhirnya akan membantu mengurangi prevalensi kebakaran gambut di daerah tersebut.

Proyek Berbak, kata dia, juga akan menyediakan pelatihan untuk meningkatkan produksi pertanian setempat. Selain itu, proyek memfasilitasi sertifikasi petani kelapa sawit kecil dan sistem energi terbarukan dari limbah pabrik kelapa sawit berbasis masyarakat.

 

Inisiatif kedua yakni kesepakatan senilai 13 juta dolar AS dengan tiga pabrik kelapa sawit di Provinsi Riau untuk pembangkit tenaga biogas yang menggunakan limbah pabrik kelapa sawit. Ini akan membantu petani swadaya kecil di tiap basis pasokan pabrik guna mendapatkan sertifikasi RSPO.

Program juga bertujuan menghasilkan 3 MW energi terbarukan dari biogas, setara dengan pasokan listrik untuk 9 ribu rumah di pedesaan; menangkap 117 ribu tCO2e per tahun atau setara dengan emisi dari 785 juta kilometer perjalanan per tahun; dan untuk meningkatkan produktivitas serta tata kelola manajemen 2 ribu petani swadaya kecil.

 

Kedua program akan diimplementasikan oleh institusi Indonesia, Millennium Challenge Account – Indonesia (MCA-I). Di sisi lain, AS melalui Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika (USAID), baru-baru ini meluncurkan proyek baru untuk mengatasi perubahan iklim dan mendukung upaya Indonesia untuk mengurangi emisi sebanyak 29 persen pada 2030.

"USAID akan bermitra dengan pemerintah Indonesia mengelola secara berkesinambungan 8,4 juta hektar hutan dan lahan gambut," ujarnya. USAID juga akan membantu menghapus 4,5 ton emisi gas rumah kaca dan memanfaatkan 800 juta dolar AS yang berasal dari investasi sektor swasta dalam energi bersih untuk lima juta warga negara.

 

Selain program-program tersebut, pada 2015 USAID telah berinvestasi lebih dari 38 juta dolar AS untuk prakarsa lingkungan. Ke depan, ia berencana untuk berinvestasi sebesar 47 juta dolar AS untuk konservasi hutan dan perencanaan penggunaan lahan.

Investasi juga telah digelontorkan untuk 24 juta dolar AS kebijakan penggunaan lahan dan advokasi konservasi, 19 juta dolar AS untuk adaptasi terhadap perubahan iklim, 19 juta dolar AS untuk energi bersih, serta 5 juta dolar AS untuk penelitian hutan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement