Senin 25 Jan 2016 16:53 WIB

Kenaikan Harga Daging Sapi Diduga karena Salah Hitung?

Rep: qommaria rostanti/ Red: Taufik Rachman
Daging Sapi
Foto: Antara
Daging Sapi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Penyebab terbesar kenaikan harga daging sapi disinyalir akibat adanya kesalahan penghitungan data stok sapi nasional. Artinya, data stok nasional tersebut kurang tepat untuk memenuhi kebutuhan daging sapi masyarakat Indonesia.

Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan kesalahan data tersebut berimbas pada kebjakan  apakah sebaiknya Indonesia melakukan impor atau justru setop impor.

“Kelihatannya, perhitungan yang relatif tidak akurat tersebut menyebabkan antisipasi terhadap stok sapi nasional tidak tepat sehingga harga pun meningkat,” ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (25/1).

Fenomena kenaikan harga komoditas seing dikait-kaitkan dengan ulah spekulan. Dia mencontohkan, saat terjadi gejolak kenaikan harga beras sekitar Maret 2015, hampir semua elemen menuduh adanya spekulan pangan.

Padahal waktu itu, stok beras nasional di akhir 2014 telah turun 1 juta ton dibanding tahun sebelumnya. Inilah yang  tidak bisa diantisipasi pemerintah. Harga beras kemudian turun pada Mei, kemudian kembali merangkak naik hingga kini. Sampai Oktober 2015, pemerintah tetap bersikukuh menyetop impor beras padahal stok beras menipis.

Alhasil kebijakan impor beras  terlambat sehingga dampaknya pun beruntun hingga kini.

Dwi mengatakan kondisi itu sama saja dengan sapi. Seitar Juli 2015, pemerintah menyatakan memangkas kuota impor sapi dari 250 ekor dengan alasan populasi sapi nasional meningkat. Namun kenyatannya di jaringan tani dan peternak kecil, stok sapi nasional justru menurun.  

Ketika satu pihak menyebutkan data meningkat, namun yang lain mengungkapkan sebaliknya, maka akan menyebabkan terjadinya kekeliruan kebijakan, misalnya  dalam pemotongan kuota sapi impor. Kekeliruan ini menyebabkan stok populasi nasional menurun.

“Ketika stok sapi nasional semakin turun, maka dampaknya bisa kita taksir yaitu harga daging sapi naik, bahkan tidak tergantung pada cuaca atau apapun,” kata Dwi. Menurut dia problem kenaikan harga tidak hanya dialami daging sapi, tetapi juga ayam, telur, dan komoditas pangan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement