Sabtu 23 Jan 2016 12:54 WIB

Ini Kunci Bisnis Startup Sukses Hadapi MEA

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Startup. Ilustrasi
Foto: expertbeacon.com
Startup. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak 31 Desember 2015, era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diberlakukan. Pasar bebas tunggal MEA dinilai mampu untuk membangkitkan dan meningkatkan potensi perekonomian Indonesia. Hal ini karena, MEA dianggap sebagai pasar potensial bagi pertumbuhan dan perkembangan startup dan bisnis lokal Indonesia. Optimisme tersebut diungkapkan oleh CEO Wardour and Oxford, Wempy Dyocta Koto.

Hal itu dibuktikan dengan data yang dimiliki Kementerian Koperasi dan UKM tentang pertumbuhan jumlah startup di Indonesia yang kini mencapai lebih dari 1.500 startup dan sekitar 57,9 juta pelaku usaha kecil menengah (UKM). Jumlah yang fantastis bagi sebuah negara berkembang.

Wempy menyebutkan bahwa perkembangan startup dan pelaku UKM di Indonesia merupakan indikator kesiapan Indonesia menghadapi MEA. “Secara teknis, Indonesia siap untuk MEA. Tapi, Indonesia perlu meningkatkan sektor jasa, tenaga kerja, atau sumber daya manusia,” tutur Wempy, Sabtu (23/1).

Menurut Wempy, peluang yang dimiliki startup dan pelaku bisnis lokal Indonesia harus diiringi dengan kemampuan dan daya saing dengan para pesaing pelaku bisnis dari negara lain. Startup dan pelaku bisnis di Indonesia diwajibkan untuk memiliki daya saing dan mempertahankan karakter serta eksistensi bisnis mereka.

“Kunci awalnya adalah konsistensi dalam berbisnis. Mereka harus cepat belajar, belajar banyak, dan terus mengikuti perkembangan dunia bisnis serta ekonomi era MEA. Ini akan melahirkan inovasi dan kreasi-kreasi baru. Tanpa itu, mereka sulit untuk mempertahankan eksistensi,” ungkap satu-satunya CEO asal Indonesia yang masuk dalam jajaran CEO berpengaruh menurut majalah Fortune itu.

Wempy menanggapi adanya fenomena kekhawatiran dari sebagian besar startup dan pelaku bisnis UKM terhadap gempuran besar-besaran dari perusahaan-perusahaan raksasa Asia dan multinasional.

Kekhawatiran mereka bisa dikatakan masuk akal, mengingat perusahaan-perusahaan raksasa Asia dan multinasional tersebut terus bersaing dalam pasar bebas MEA. Jika kalah bersaing, tentunya bukan tidak mungkin, bisnis para pelaku bisnis dan startup lokal tersebut gulung tikar dan hanya tinggal nama.

Padahal, di era MEA ini Indonesia harus mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan ekspor barang maupun jasa. Berdasarkan data dari ASEANstats, Indonesia berada di peringkat keempat dalam hal negara dengan jumlah ekspor terbanyak di ASEAN pada tahun 2014. Menanggapi hal ini, Wempy berpendapat bahwa Indonesia berpotensi dan mampu menduduki peringkat tiga terbesar di era MEA ini, tentunya dengan didukung oleh bisnis dan startup lokal yang kuat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement