REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja pasar modal pada semester I diperkirakan masih belum akan membaik. Sentimen global, terutama tekanan harga minyak dunia yang memburuk masih akan membebani laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
"Kami semester I agak pesimis. Pesimis dengan pertimbangan faktor global yang lebih banyak. Perlambatan ekonomi Cina, pelemahan harga minyak maupun the Fed yang bisa sewaktu-waktu menaikkan suku bunga. Itu tiga hal dasar yang juga ditakuti oleh banyak negara, termasuk Indonesia," ujar Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Haryajid Ramelan, di Jakarta, Jumat (22/1).
Ia memperkirakan, sepanjang semester I ini IHSG memang hanya akan bergerak di level 4.000-an. Secara optimistis, level tertinggi yang bisa dicapai pada semester I ini hanya sampai 4.700.
Saat ini, harga minyak dunia yang telah anjlok hingga di bawah level 30 dolar AS per barel berimbas pada kinerja perusahaan, khususnya yang berkorelasi dengan minyak.
"Kita lihat beberapa negara, Petronas mengurangi karyawan, beberapa negara sudah mulai waspada sekali, ditambah Iran membuka keran. Ini memang agak-agak mengkhawatirkan," tuturnya.
Haryajid mengungkapkan, dengan pertimbangan sentimen global tadi, saat ini pasar akan banyak berharap dari stimulus lokal. Salah satunya adalah program pembangunan infrastruktur pemerintah.
Ia meyakini pada semester II nanti IHSG akan mulai bergerak ke arah 5.000, dengan harapan akhir tahun nanti bisa menyentuh level 5.500.
Baca juga: Pasar Modal Syariah Dinilai Bisa Diandalkan Saat Ekonomi Bergejolak