REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menyebutkan, kebakaran hutan di Indonesia pada tahun lalu mengakibatkan Indonesia mengalami kerugian ekonomi sedikitnya 16 miliar dolar AS. Nilai kerugian itu setara dengan 2 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
"Indonesia membuat beberapa kesalahan dalam menjawab tantangan seperti kebakaran dan kabut asap yang dihasilkan," ujar Country Director dari Bank Dunia, Rodrigo Chaves, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (21/1).
Biaya yang keluar, kata Rodrigo, dua kali jumlah yang dibutuhkan untuk membangun kembali Aceh setelah tsunami 2004. Fenomena tahunan, bencana asap dari pembakaran ilegal di hutan tropis dan lahan gambut di wilayah Sumatra, Kalimantan dan Papua tahun lalu diperburuk oleh musim kemarau berkepanjangan akibat El Nino.
Kabut asap kebakaran lahan dan hutan menyelimuti Singapura, sebagian wilayah Indonesia, Malaysia dan Thailand pada September dan Oktober 2015. Kabut asap tersebut juga menyebabkan aktivitas di sekolah diliburkan, menimbulkan penyakit pernafasan dan memaksa perusahaan penerbangan untuk membatalkan penerbangan.
Pemerintah Indonesia berjuang untuk mengatasi kebakaran, yang sengaja dibakar oleh petani dan perusahaan untuk membuka lahan pertanian, terutama kelapa sawit. Cara pembakaran untuk membuka lahan dinilai sejumlah pihak lebih murah daripada bentuk-bentuk lain.