Kamis 21 Jan 2016 08:56 WIB

Analis: Proyeksi IMF Tingkatkan Tekanan Terhadap IHSG

Rep: Risa Herdahita/ Red: Nidia Zuraya
Pengunjung memotret layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengunjung memotret layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi pasar global dan kawasan yang ditandai meningkatnya risiko, akan kembali menekan pergerakan indeks hari ini, Kamis (21/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung di teritori negatif menyusul minimnya insentif positif dan meningkatnya risiko keluarnya modal asing ke luar negeri (capital outflow).     

"IHSG diperkirakan akan bergerak di 4410 hingga 4470," kata Analis First Asia Capital (FAC), David Sutyanto, Kamis (21/1).

(Baca: Minim Katalis Positif, IHSG Bisa Kembali Melemah)

Ia menjelaskan, meningkatnya kembali kekhawatiran pasar atas perlambatan perekonomian global telah menekan pergerakan pasar saham Asia yang berdampak pada pergerakan IHSG kemarin. Hampir sepanjang perdagangan indeks bergerak di teritori negatif. 

IHSG kemarin tutup koreksi 63,752 poin atau  1,42 persen di 4427,985. Ini merupakan posisi penutupan IHSG terendah sejak perdagangan 16 Desember 2015. Pada saat bersamaan indeks the MSCI Emerging Market kemarin sore anjlok 2,8 persen di 694,44. 

Menurut David, tekanan jual di pasar saham Asia kemarin dipicu kekhawatiran memburuknya perekonomian global tahun ini. Itu setelah IMF merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,4 persen dari proyeksi sebelumnya 3,6 persen.

"Perlambatan perekonomian Cina menjadi faktor utama perlambatan ekonomi global tahun ini dan anjloknya harga minyak mentah," ujarnya.

Adapun berlanjutnya kekhawatiran memburuknya perekonomian Cina dan kembali anjloknya harga minyak mentah tadi malam masih menekan pergerakan pasar saham global. Indeks Eurostoxx di kawasan Euro anjlok 3,28 persen. Indeks DJIA dan S&P di Wall Street masing-masing koreksi 1,6 persen dan 1,2 persen.  

"Harga minyak mentah di AS tadi malam kembali turun 6 persen di 26,76 dolar AS per barel setelah data cadangan minyak AS pekan lalu, secara tidak terduga, naik 4,6 juta barel menjadi 485,2 juta barel," terang David.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement