REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Seorang perajin asal Kampung Losari Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon Solo, Jawa Tengah (Jateng) cukup kreatif dengan memanfaatkan limbah karton bekas gulungan kain. Limbah karton tersebut dipakainya menjadi bahan dasar untuk membuat produk celengan. Produk itu pun kini banyak diminati kosumen.
Yuni Triana (40) warga RT 04/01 Semanggi Solo, mengatakan, awalnya dia hanya iseng membuat produk celengan untuk anaknya. Tetapi ternyata diminati oleh banyak orang.
Menurut Yuni ide kreatif tersebut kemudian dikembangan menjadi bisnis yang dapat menghasilkan uang untuk tambahan memenui kebutuhan keluarganya. "Saya menekuni usaha membuat celengan ini, sejak 2014 hingga sekarang, menggunakan bahan baku kain planel dan karton bekas gulungan kain sehingga biaya produksi cukup murah," kata Yuni Rabu (20/1).
Yuni mengaku keluar dari kerja di perusahan dan beralih ke ekonomi kreatif ini. Menurut dia, produk celengannya tersebut tidak ada yang menyerupai di Kota Solo. Karena itu banyak konsumen yang tertarik untuk membeli.
Dia pun membuat celengan hasil usaha ekonomi kreatif berbentuk silinder dan rumah-rumahan dengan diberi hiasan gambar-gambar. Antara lain hello kitty dan donal bebek yang disenangi anak-anak.
Dengan dibantu tiga orang anggota keluarganya. Kini dia mampu memroduksi celengan tersebut rata-rata sekitar 24 buah per hari. "Barang ekonomi kreatif ini, dikirim atas pesanan toko-toko selain di Kota Solo juga di Karanganyar, Klaten, dan Sukoharjo," katanya.
Menurut dia, celengan hasil produksinya berani bersaing dengan produk lainnya baik harga dan kualitasnya. Harga celengan buatannya hanya dijual antara Rp 7.000 hingga Rp 20 ribu per buah.
"Kualitas celengan buatan saya sangat kuat dan menarik sehingga omzetnya lumayan rata-rata RP 2 juta per bulan. Lumayan hasilnya untuk tambahan memenuhi kebutuhan keluarga," katanya.
Menyinggung soal biaya produksi untuk membuat celengan, Yuni menjelaskan bahwa biayanya cukup murah hampir setengah dari harga jual ke tingkat pedagang. Yuni sebenarnya ingin mengembangkan bisnis produksi celengan tersebut, tetapi dia terkendala kurangnya tenaga kerja sehingga belum mampu memenuhi pesanan terutama saat musim liburan sekolah dan menjelang Lebaran.