Rabu 20 Jan 2016 08:47 WIB

Pasar Sukuk Asia Bisa Kembali Bergairah Tahun Ini

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
Penjualan sukuk (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Penjualan sukuk (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR -- Para pemain pasar sukuk Asia siap kembali memulai penerbitan baru pada 2016 setelah tahun-tahun sulit bagi ekonomi sejak 2010.

Badan pengelola kekayaan negara Malaysia, Khazanah Nasional Bhd., mulai melakukan pertemuan dengan investor di Timur Tengah, Asia, dan Eropa pada 17 Januari lalu. Begitu pula pemerintah Indonesia yang sudah harus memilih bank untuk menawarkan sukuk global di tahun keenamnya. Kazakhstan dan Bangladesh juga dikabarkan tengah mempertimbangkan penerbitan surat utang serupa.

Malaysia dan Indonesia juga harus menavigasi guncangan pasar negara berkembang akibat pelemahan yuan dan merosotnya harga komoditas. Indonesia punya catatan soal keamanan setelah serangan teroris di Jakarta pekan lalu. Sementara Malaysia harus berjuang memperbaiki kinerja ekonomi setelah Moody's menurunkan prospek negara yang dipimpin Perdana Menteri Najib Razak itu. Kualitas, kata Union Investment Privatfonds GmbH, jadi kunci kala dolar AS masih belum mahal saat ini.

''Volatilitas pasar masih akan terjadi tahun ini. Kuncinya adalah waktu penerbitan yang pas,'' kata pengamat keuangan senior Union Investment Frankfurt, Sergey Dergachev Bloomberg, Selasa (19/1). Menurutnya, produk premium harus ditawarkan.

Perdagangan sekuritas syariah tahun lalu turun 30 persen menjadi 34,9 miliar dolar AS. Sejauh ini, di 2016 memang belum ada penawaran sukuk baru.

Khazanah kini berada di peringkat empat terbawah dari AAA dalam peringkat Moody's. Level yang sama juga diberikan untuk surat utang pemerintah. Khazanah menerbitkan sukuk senilai 500 juta dolar AS bertenor tujuh tahun yang dimasukkan sebagai ekuitas di perusahaan energi Tenaga Nasional Bhd.

Moody’s memangkas outlook kemampuan bayar utang Malaysia dari positif menjadi stabil awal Januari ini. Isu eksternal jadi faktor yang memengaruhi pendapatan pemerintahnya. Eksportir minyak tunggal dari Asia ini merasakan betul turunnya harga minyak dunia hingga lebih dari 41 persen dan harus merasakan rugi 300 juta ringgit (68 juta dolar AS) setiap satu dolar penurunan harga komiditas.

Indonesia, yang peringkatnya tiga level di bawah Malaysia, berancana menerbitkan sukuk senilai dua miliar dolar AS pada 2016 ini. Tahun lalu, Indonesia juga menerbitkan sukuk global bertenor 10 tahun dengan imbal hasil 4,322 persen dan mencatat kelebihan permintaan.

Di satu sisi serangan teroris di Jakarta pekan lalu membayangi penerbitan sukuk Asia. Di sisi lain, permintaan imbal hasil lebih setelah kenaikan Fed Rate juga jadi poin sendiri.

Khazanah harus memberi imbal hasil 150 basis poin dan Indonesia 270 basis poin lebih tinggi. Meski begitu, Maybank Investment Bank Bhd. melihat penerbitan sukuk Asia masih sehat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement