Rabu 20 Jan 2016 07:30 WIB

SKK Migas Anggap Wajar Chevron Hengkang dari Kalimantan Timur

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Ladang pengeboran migas (ilustrasi)
Foto: AP PHOTO
Ladang pengeboran migas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chevron Indonesia Company (CICO) anak perusahaan Chevron yang beroperasi di Kalimantan Timur memutuskan untuk tidak memperpanjang memperpanjang kontrak di Blok East Kalimantan EKAL, yang habis kontraknya tahun 2018 nanti.

(Baca: Chevron akan Kembalikan Aset ke Pemerintah Indonesia)

Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro menilai keputusan Chevron ini wajar mengingat perusahaan asal Amerika Serikat ini telah nyaris 50 tahun mengambil minyak dan gas bumi di Indonesia.

Selain itu, Elan juga menilai berangkat dari pengalaman nasionalisasi di Blok Mahakam, Kalimantan Timur dari Total Indonesia dan Inpex kepada PT Pertamina (persero), bisa jadi Chevron memilih untuk tidak repot meminta perpanjangan.

"Jadi daripada nanti urusan akan repot lagi jadi sekarang mereka berikan kepastian dan itu bagi pemerintah positif.  Kementerian ESDM sudah bisa ancang-ancang siapa yang akan garap. Jadi nggak perlu pakai perjalanan panjang seperti kontrak Blok Mahakam," ujar Elan di Jakarta, Selasa (19/1).

Selain aspek tersebut, Elan melanjutkan, ada aspek teknis seperti jumlah cadangan dan nilai ekonomis lapangan yang tentu menjadi bahan pertimbangan bagi Chevron dalam memutuskan tidak memperpanjang kontrak di Blok EKAL. Meski begitu, Chevron masih beroperasi di Riau dengan anak usahanya, Chevron Pacific Indonesia dan melanjutkan proyek  Indonesia Deepwater Development.

Elan juga mengungkapkan adanya indikasi keputusan Chevron Indonesia Company ini karena adanya efisiensi akibat anjloknya harga minyak dunia. "Mungkin saja (karena efisiensi). Bisa ditanyakan ke mereka kalau soal itu. Itu kan internal mereka. Artinya dengan kondisi seperti saat ini ada anggota tubuh yang lemaknya banyak, ya harus diet. Mungkin yang di kalimantan selain biayanya besar, ya akhirnya diputuskan begitu," kata Elan.

Baca juga: Ini Reaksi Dirjen Migas Soal Hengkangnya Chevron

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement