REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (19/1) pagi, bergerak melemah tipis sebesar lima poin menjadi Rp 13.942 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 13.937 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa nilai tukar rupiah mengalami koreksi seiring dengan tren harga komoditas yang cenderung masih menurun, di tengah situasi itu pelaku pasar khawatir belanja pemerintah berpeluang terganggu.
"Secara umum pelemahan harga komoditas masih akan menekan rupiah," kata Rangga, Selasa (19/1).
Ia menambahkan bahwa jika penurunan harga komoditas, terutama minyak mentah mengurangi kemampuan belanja pemerintah untuk mendorong pertumbuhan maka pelemahan mata uang rupiah dapat berlanjut.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar juga sdang fokus terhadap pengumuman data produk domestik bruto (PDB) 2015 Cina, jika membukukan hasil diluar harapan pasar maka berpotensi mempertahankan sentimen pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
"PDB Cina kuartal IV 2015 diperkirakan stabil di kisaran 6,8-6,9 persen secara tahunan, jika haslnya di bawah itu bisa memicu aksi jual di pasar Asia," katanya.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Cina di Titik Terendah Sejak 25 Tahun Terakhir