REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor nonmigas pada 2016 dapat tumbuh 9 persen. Sementara, sampai empat tahun ke depan rata-rata ekspor nonmigas ditargetkan tumbuh 11,5 persen.
Menteri Perdagangan Thomas Lembong menjelaskan, pada 2015 lalu penurunan ekspor nonmigas mencapai 14 persen dan impor sebesar 17 persen. Hal tersebut disebabkan oleh melemahnya perekonomian global.
Thomas mengaku, pada 2016 ini lebih optimistis karena sudah ada perbaikan ekonomi global. Apalagi pertumbuhan ekonomi Uni Eropa dan Amerika Serikat sudah semakin membaik, sehingga dapat meningkatkan daya beli. "Secara pribadi, saya akan happy kalau tren perdagangan bisa berjalan stabil," ujar Thomas di Jakarta, Senin (18/1).
Thomas menjelaskan, Kementerian Perdagangan telah menerapkan beberapa strategi untuk menjaga ekspor, salah satunya yakni keberlanjutan deregulasi dan debirokratisasi. Menurutnya, perizinan yang membelit dapat menyusahkan usaha kecil dan menengah, sehingga menjadi kendala bagi mereka untuk berdagang di tingkat global.
Selain itu, pemerintah juga akan fokus untuk membuka pasar ekspor melalui trade agreement dengan beberapa negara. Thomas mengatakan, Kementerian Perdagangan akan segera melanjutkan negosiasi dengan Uni Eropa melalui skema perjanjian perdagangan (CEPA) dan membentuk tim lintas kementerian untuk mengkaji Trans Pacific Partnership (TPP).
"Dua hal tersebut merupakan trade agreement yang besar dan ambisius," kata Thomas.