REPUBLIKA.CO.ID,SERANG -- Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hendar mengatakan kebijakan BI menurunkan tingkat acuan suku bunga atau BI Rate dari 7,5 menjadi 7,25 persen dilakukan dengan penuh kehatian-hatian dan terukur.
"Kami tentu harus melihat perkembangan keuangan global termasuk bank sentral AS The Fed yang normalisasinya dilakukan secara gradual dan terbatas tidak menimbulkan gejolak di pasar keuangan global, sementara harga komoditas global masih terus menurun, termasuk harga minyak dunia," kata Hendar usai peresmian pelaksanaan pembangunan Gedung Bank Indonesia perwakilan Banten di Serang, Jumat (15/1).
Menurut Hendar, BI Rate yang hampir setahun tidak mengalami penurunan itu sebenarnya sudah dikaji jauh hari, yaitu sejak Oktober. Namun dengan menerapkan prinsip hati-hati dan terukur, maka baru bulan Januari 2016 mulai dilaksanakan.
Ia mengatakan, pihaknya selalu memantau perkembangan ekonomi negara-negara yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia, termasuk negara Cina (Tiongkok) yang pengaruhnya cukup besar karena merupakan hubungan bisnis yang baik dengan Indonesia. Ia memperkirakan perekonomian Cina masih melambat, d itengah berbagai upaya stimulus, baik melalui kebijakan moneter dan fiskal, serta reformasi di sisi penawaran.
"Reaksi pasar terhadap perlambatan ekonomi dan konsistensi dalam upaya liberalisasi pasar keuangan di Tiongkok menimbulkan tekanan di pasar sahamnya. Ke depan, risiko terkait perlambatan ekonomi Tiongkok dan terus menurunnya harga komoditas global perlu dicermati," katanya.