Senin 11 Jan 2016 19:57 WIB

Defisit Anggaran Naik, Menkeu: Amerika Lebih Tinggi Defisitnya

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Nur Aini
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro (kanan), Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pajak Kementerian Keuangan Ken Dwijugiasteadi berbicara kepada media saat menjelaskan penerimaan pajak 2015 di kantor pusat Pajak, Jakarta Senin (11/1).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro (kanan), Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pajak Kementerian Keuangan Ken Dwijugiasteadi berbicara kepada media saat menjelaskan penerimaan pajak 2015 di kantor pusat Pajak, Jakarta Senin (11/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui, 2015 menjadi tahun sulit bagi kinerja perpajakan lantaran melambatnya perekonomian global maupun domestik. Karena itu, defisit anggaran akhirnya melebar menjadi 2,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB)  atau Rp 318,5 triliun sebagai dampak tidak tercapainya target pajak.

Meski begitu, kata Bambang, defisit anggaran pemerintah Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan dengan defisit anggaran di berbagai negara. Menurutnya, Amerika Serikat memiliki nilai defisit anggaran yang mencapai 3,8 persen terhadap PDB.

"Belanja kita besar, tapi pendapatan seret. Makanya defisit melebar. Tapi, kita masih lebih baik dibandingkan negara lain," ucap dia di Jakarta, Senin (11/1).

Bambang pun kemudian menyebutkan defisit anggaran di negara lainnya. Brasil defisit anggarannya 7,7 persen. Jepang 5,9 persen, Meksiko 4 persen, Rusia 5,7 persen, dan Inggris 3,2 persen.

Utang pemerintah hingga 2015 sudah menembus Rp 3.0‎80 triliun atau 27 persen terhadap PDB.  Tahun lalu, pemerintah menambah utang Rp 382 triliun.

Bambang menilai, rasio utang pemerintah masih terkendali meskipun naik dari 24 persen terhadap PDB pada 2014 menjadi 27 persen pada 2015.

"Negara lain banyak yang lebih tinggi. India rasio utangnya 56 persen terhadap PDB, Brasil 70 persen, dan Jerman 71 persen," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement