REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai cenderung bertahan pada tren penurunan. Pada perdagangan Rabu (6/1), IHSG diperkirakan akan berada pada rentang support 4.525-4.547 dan resisten 4.580-4.593.
Analis NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI), Reza Priyambada menilai, pada perdagangan sehari sebelumnya, adanya aksi beli yang cukup besar dapat mendorong IHSG untuk kembali naik. Jika pola ini masih dapat bertahan maka laju IHSG pun dapat kembali menguat.
"Masih ada utang gap 4409-4429 yang kami harapkan tidak tertutupi dalam waktu dekat untuk mempertahankan laju IHSG di zona hijau," jelasnya, Rabu (6/1).
Setelah tertekan oleh sentimen bursa global, kemarin IHSG ketika dibuka langsung berada di zona positif. Hal ini mengingat pelemahan yang terjadi sebelumnya bukan berasal dari dalam negeri.
Pelaku pasar kembali masuk dengan katalis positif yang bermunculan dari dalam negeri seperti penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih rendah dari kebijakan pemerintah sebelumnya. Sentimen positif juga datang dari inflasi 2015 yang 3,35 persen atau terendah sejak pertengahan 2010 secara tahunan.
"Penurunan BBM yang dilakukan pemerintah kembali membuat pelaku pasar optimis atau mendapatkan ruang lebih lebar untuk penurunan BI Rate di pertengahan Januari ini," ungkapnya.
Namun, IHSG yang melemah menjelang akhir sesi membuat tekanan jual lebih tinggi. Ini terutama terjadi pada saham berkapitalisasi besar (big cap) sehingga penutupan yang terjadi membuat beberapa saham tersebut menurun.
"Tapi ini diikuti volume yang menguat di beberapa sektor yang baru bergerak dari sideways-nya sebut saja kontruksi, pertanian, dan aneka Industri," lanjut Reza.
Di akhir penutupan IHSG, transaksi asing masih melakukan aksi beli. Namun, ini belum didukung oleh terapresiasinya rupiah. Asing kembali masuk dari net buy Rp 84,20 miliar menjadi net buy Rp 72,91 miliar.
Baca juga: Kurs Dolar AS Menguat