Selasa 05 Jan 2016 14:35 WIB

Kapitalisasi Pasar Modal Indonesia Bisa di Atas 9 Persen

Rep: Risa Herdahita/ Red: Nidia Zuraya
Para pelaku pasar modal mengamati pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2016 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/1).   (Republika/Agung Supriyanto)
Para pelaku pasar modal mengamati pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2016 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/1). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada tahun 2016, diharapkan pasar modal Indonesia bisa mengalami peningkatan dari sisi kapitalisasi pasar. Itu dinyatakan berdasarkan asumsi tahun ini akan ada peningkatan harga-harga dari masing-masing saham. 

"Paling tidak kalau sudah bisa meningkat sejauh 8-9 persen dari sisi market cap itu sudah baik ya, tapi kalau tahun ini bisa lebih baik seperti dijanjikan presiden, ini bisa saja melebihi target kami," ujar Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI), Reza Priyambada, Selasa (05/1).

Berdasarkan data di Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai kapitalisasi pasar per Desember 2015 menurun 7,54 persen dari periode yang sama di 2014. Nilai kapitalisasi pasar per Desember 2014 tercatat sebesar Rp 5,228 triliun, sedangkan per 28 Desember 2015 tercatat senilai Rp 4.834 triliun. 

Untuk tahun ini, ia menjelaskan, sentimen yang paling berpengaruh pada pasar modal domestik tak jauh berbeda. Dari dalam negeri, investor masih akan memperhatikan data-data makro ekonomi, termasuk inflasi, neraca berjalan, dan kinerja ekspor impor. 

Adapun sentimen dari global, untuk tahun ini isu kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (the Fed) tak akan banyak berpengaruh. "Kita khawatir justru pelambatan dari ekononi Cina. Di negara itu bank sentral belum bisa terdeteksi kebijakannya. Dulu nggak ada kan yang menyangka akan ada devaluasi yuan? Apakah tahun ini akan ada lagi itu masih tanda tanya," papar Reza.

Adapun sentimen berdasarkan harga komoditas menurutnya belum akan berubah banya. Kondisi dari market global secara sentimen belum tumbuh. Ini membuat harga dari komoditas belum dapat menanjak. 

"Kenaikan ini lebih disebabkan karena sentimen bukan fundamentalnya. Untuk tahun ini justru akan jadi momen untuk mereka trading jangka pendek saham-saham komoditas," tutur dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement