REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Januari 2016, Jakarta Future Exchange (JFX) siap meluncurkan pasar fisik komoditi teh. Hal ini sebagai pondasi untuk menciptakan kontrak berjangka pada tahap selanjutnya.
Direktur JFX, Donny Raymond mengatakan banyak faktor mengapa teh akan diusung menjadi produk pertama yang diluncurkan tahun depan. "Kalau berhasil menciptakan kontrak teh ini jadi sejarah pertama kalinya bursa yang punya produk teh itu di indonesia, selama ini belom ada di dunia," katanya, Rabu (23/12).
Menurutnya kehadiran mekanisme bagi pasar teh ini berguna bagi ekonomi kerakyatakan. Indonesia termasuk negara produsen teh terbesar di dunia, tapi belum didukung keberadaan bursa untuk produk ini.
"Fungsi bursa itu lindung nilai dan pembentukan harga, setiap komoditi pasti butuh bursa, dengan adanya bursa transaksi lebih terjaga," lanjut Donny.
Alasan ini pun, kata dia, sudah didukung oleh asosiasi pedagang dan pengusaha teh Indonesia. Kesamaan ide dan adanya permintaan dari pasar juga pelaku membuat pasar fisik komoditi teh lebih siap diluncurkan awal tahun depan.
Selain teh, pada semester II tahun depan JFX juga akan meluncurkan pasar fisiko untuk komoditas kopra dan rumput laut. Untuk kopra, pasar fisik komoditas ini akan ada berdasarkan permintaan pasar dan pelaku.
Donny menjelaskan, sejauh ini banyak keluhan soal harga jual kopra yang terus merosot. "Harga kopra mereka jual langsung dibanding dengan kelapanya lebih untung jual kelapa langsung. Ini karena tidak ada referensi harga yang baik, makanya perlu kita bawa ke bursa," tuturnya.
Adapun pasar fisik rumput laut, ia mengaku hal ini juga demi mendukung program pemerintah yang akan menggalakkan produksinya. Indonesia, kata dia, juga meruakan negara produsen rumput laut terbesar di dunia.
"Rencananya akan lebih dulu meluncurkan pasar fisik kopra dibanding rumput laut," ungkap dia.